Jumat, 22 Juli 2011

When God gave us more tasks to do

Benar sekali, minggu ini is really hard, and the hardest part is seeing Dad in desperate in such a condition. aku masih ingat benar, malam sebelum cobaan itu datang.
Aku mimpi buruk tentang the end of the day dan aku ketakutan, jam 4 pagi terbagun dengan masih berdebar-debar rasanya jantung ini. lalu aku kembali tidur.

Satu jam kemudian, jam 5pagi. Ibu tiba-tiba membangunkanku di tengah tidurku yang belum lama di kamarku yang masih remang-remang lampu tidur. "Bangun, Din, ada uang g?", aku pikir ini pasti mimpi.
"Buat apa?"jawabku masih bermalas-malasan. "Bapak sakit. Kita ke rumah sakit sekarang, badannya g bisa digerakkan sebelah" jawab ibu.

Sontak aku tersadar dan langsung ganti baju, dan menyiapkan kendaraan, tanpa sempat cuci muka dan gosok gigi. Bapak masih tergolek di tempat tidur kamar tengah dengan mata terbuka dan terlihat begitu shock dan napas yang terengah-engah.
tanpa berlama-lama, segera kita membawa Bapak ke rumah sakit. Bertiga dengan satu motor, dan aku di depan. Saat itu aku benar-benar merasa, Pak, Bu, aku bisa menjadi anak perempuan dan anak lelakimu. Kalian bisa mengandalkanku meski ada lelehan hangat dari kedua mataku.
Alhamdulillahnya rumah sakit dekat dari rumah. Bapak langsung dibawa  ke ruang ugd dan ditangani langsung oleh dokter jaga dan para perawat. Setelah di cek ini-itu, Bapak di sarankan untuk CT-scan dan opname, kita mengiyakan. Aku bergegas menuju bagian informasi untuk mengurus pendaftaran opname. sambil mengisi form pendaftaran, aku melirik sebuah kertas hasil pemeriksaan awal tadi, dan aku sempat membaca hasil diagnosis dokter pagi itu. STROKE. aku lemas.
I couldn't believe it. banyak sekali "bagaimana-mungkin" di kepalaku. bagaimana mungkin Bapak, bapakku yang tersayang, yang guru olahraga, yang rajin badminton, lumpuh karena stroke. Bagaimana mungkin bapak yang selalu sehat dan ceria bersama murid-murid SD-nya terserang stroke. Bagaimana mungkin Bapak yang aku sayangi tidak bisa maen badminton lagi, bagaimana rasanya... kuat, Din! kamu bisa menghadapi ini dengan tenang. Faktanya, tidak!
Dua hari pertama di rumah sakit, Bapak tidak bisa menyembunyikan shock dan kesedihannya. aku lihat air mata itu. Damn! aku g kuat, sampai-sampai musti cari toilet untuk membiarkan si air mata yang memaksa keluar.
Karena Bapak di rumah sakit, ibu menjaga Bapak, dan aku yang tidur di rumah. S.e.n.d.i.r.i.a.n. ya, sendirian di rumah yang cukup besar untuk dihuni 3 orang. dan selalu di liputi ketakutan dan kesedihan tiap malam, takut ada maling, takut ada ih-ih, takut sepi, takut ada suara-suara, haaaahhh penakut sekali dan sedih, karena bapak-ibu tidak di rumah.
dibalik semua cobaan itu, ternyata banyak yang bisa saya maknai perlahan-lahan. mungkin Gusti Allah memang menugaskannku untuk jadi anak yang baik, yang g sering pulang malem, yang g terus-terusan di luar rumah. Mungkin lewat cobaan inilah yang mungkin saya maknai menjadi cambuk bagi keluarga kita untuk tetap saling menguatkan dan semakin menunjukkan cinta keluarga yang sebenarnya. Maafkan aku, Bapak, Ibu.. i love you..

.end of February 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar