Senin, 06 Oktober 2014

kerja bakti gugur gunung

This is my story of my weekend as the newlyweds, The Efendis. Ehehehe. Semenjak resmi menjadi Ibu Efendi beberapa bulan lalu, saya kini memiliki dua kewarganegaraan (ecieeh). Yang pertama, sebagai masih terdaftar sebagai warga Pepe, Langenharjo, Grogol, Sukoharjo. Dan yang ke dua, secara de facto, menjadi anak mantu Bapak Taufan yang sedang training dan  menjadi warga negara Jerukan, Dukuh, Bayat, Klaten. Tentu saja,secara legal boleh nginep dan berduaan dengan anaknya Pak Taufan, yaitu Mr.Taufik Efendi, yang tak lain dan tak bukan adalah suami saya yang GGS (ganteng ganteng semrepet) :P


Yes, setiap weekend, newlyweds ini bergantian tidur di dua negara berbeda budaya ini (halah). Kadang kita menghabiskan akhir pekan di Langenharjo yang deket banget dengan kota mandiri yang banyak mall, hiburan, rumah makan dan ruko ruko. Dan bergantian, kita menghabiskan waktu di Bayat yang deket gunung, ladang jagung, kebun jati (ouch!). Selebihnya, kita melarikan diri berdua ke Jogja..( muahahaha). But afterall, ini menyeimbangkan kepadatan kerja selama hari hari aktif kerja.


Weekend ini saya menghabiskan waktu di rumah mertua di Klaten, tepatnya Klaten di bagian ujung selatan, Bayat. Tenang aja brooo..  kampung halaman suami saya nih masih terdeteksi oleh Google Map koq.. meskipun yang kelihatan cuman ijoo semua. Selain itu listrik udah masuk koq,apalagi sinyal GSM, meskipun juga Cuma undlap undlup sih.. hehehe.


30 menit ke selatan dari Klaten kota, mendaki gunung dan lewati lembah, Anda akan menemukan sebuah kecamatan di Klaten bernama Bayat. Orang orang generasi  Bapak dan orang orang sekitar Jawa Tengah mengenal Bayat sebagai wilayah kebudayaan tua Klaten yang terletak di balik pegunungan pegunungan kecil dan rawa. Dan disini Anda akan menemukan banyak hal mengagumkan mengenai warga dan budaya di Bayat.  Dawet Bayat, para pembatik tulis Bayat, Batik Warna Alam, Keramik, Angkringan, Para Perantau dan Palajar Bayat, Makam Ki Pandanaran, dan banyak hal lainnya yang mengagumkan dari sana, mungkin next post saya bahas satu per satu deh.


Di Bayat, tradisi tradisi masyarakat Jawa serta kegotong royongan masyarakatnya masih berlaku kuat di sini. Rewangan, tarub, “lek-lek’an” (menghabiskan malam di tempat orang punya kerja),sepasaran, kerjabakti bangun rumah, sadranan (syukuran sebelum bulan puasa), dan beberapa lainnya yang udah banyak berkurang di lingkungan rumah saya yang mulai tergerus budaya “kota”. Semua hal disederhanakan dengan uang: catering, bayar tukang untuk kerja,sewa jasa dekor, kerja bakti gugur gunung seperti hal yang merepotkan dan g efektif.


For me, kembali berada di lingkungan seperti di rumah Bayat ini berasa kembali ke masa kecil, excitednya menghabiskan akhir pekan di rumah simbah yang kurang lebih sama suasana tradisi masyarakatnya. Kebersamaan, partisipasi,kerja bareng bareng , makan bareng bareng. Wasn’t it fun??
Minggu kemarin, untuk pertama kalinya saya ikut bergabung ke acara kerja bakti desa Jerukan membuat Jalan beton. Enggak banyak sih yang saya lakukan, Cuma haha hihi, dengerin ibu ibu yang masak ngerumpi, bantu potong potong dikit, poto poto, sama menikmati suasana ramer rame kerja bakti yang mulai langka di rumah pepe. Dan ini beberapa hasil jepretan saya (fotografer belum mandi apakah mempengaruhi hasil foto yaa? Ahiihihiihi)




Bersama Ibu ibu kita masak snack buat para pemuda dan bapak bapak yang tengah bekerja mengecor jalan. Ini ceritanya kita bikin singkong manis rebus sama lentho.. apa itu lentho?? liat aja ntaaarrr... 


Ini Ibunya Ipan dan Mbah... Duh lupa namanya. I am really bad at remembering names. Hadeew.



Kita bikin adonan dulu,singkongnya di parut di campur parutan kelapa. 



Nooh.. singkongnya mantap kaan.. putih mulus kayak kaki JKT 48 *apaseeehh*  btw, yang kelihatan tangannya doang itu, ibu mertua saya.. ehehe.



sumpah.. Ibu ini pas ngulek kelihatan cantik bener, semacam auranya keluar gituh. 



Memfotonya dari jauh, enggak berani deket deket Bapak bapak dan pemuda yang lagi on fire kerja bakti. 


Gerobak ini digunakan untuk mengangkut adonan beton untuk bikin jalannya. Suami saya mana sih..?? *panik*


Ya, jadi Bapak bapak dan pemuda harapan bangsa ini bagi bagi tugas, ada yang ngratain adonan, ada yang bikin adonan beton, ada yang bagian angkut angkut pakai gerobak, *jangan jangan suami saya jadi mandor??*



Ini sandal siapa tiba tiba nyempil di sini??



Kalau ini adonan lentho nya udah hampir jadi, udah di campur kedele hasil panen raya Ibu Suminah dan Bapak Taufan. Ahihihi,



Embah marutnya keren deh.. :D *love it*




Pemuda makin beringas setelah di recharge dengan singkong rebus manis masakan buibu. Tenang brooh.. sop kambing hasil kurban segera mataaang.. semangadd!!



Ayo Pakdhee.. sing semangatt.. eh.. itu bisep trisepnya bagus amat. fitness dimana Pakdhe..?? 



Gantiaan gantiaan... g usah rebutan gerobak aah.. :P


Niih.. ini prototype lentho sebelum finishing touch. *halaahh*



 
Sreeeng.. sreeeng.. Lentho-nya di masak anget angeet..



 
Yiiihaaa... This is it.. Letho ala Ibu Ibu Jerukan. Tuuh kan.. dari wujudnya aja udah menggoda imaan.. hayook monggo di serbu Bapak Bapak..



Istirahat dulu, Pakdhe.. monggo rolasan sareng rencang rencang. Pengecoran masih 50%.




dan kemudian kerja di lanjutkan sampai selesai sekitar tengah hari.. what a day :)



walaaah... malah pada maen di kebonan.. hayoo pada ngapain ituuuhh :P


Hahaha, dan inilah penampakan my GGS husband setelah berpartisipasi dalam kerja bakti hari minggu ini. Pulang ke rumah badan bau keringet, bau matahari, penuh debu dan semen dimana mana. Hadeeww, tapi kamu tetep ganteng koq mas.. hehehehe. Buruan mandiiiiiiiiiii!!!! 

dan...  istirahat yuuk.. what a tiring day. 






Sending love, from Jerukan Village
yang akan selalu membuatmu rindu untuk pulang


_pinkofficedinar_


1 komentar: