Minggu, 25 Mei 2014

bangga untukmu, dear

Dalam beberapa tahun sepanjang perjalanan saya, saya pernah berprofesi sebagai guru les part timer. Suatu pengalaman mengajar yang menyenangkan, naik turun, dan penuh cerita. Saya menemani murid lesku yang rata rata murid SMP belajar Bahasa Inggris dan Matematika di rumahnya. Dengan bayaran 15ribu - 40ribu setiap kali datang, saya menikmati pekerjaan paruh waktu itu sebagai usaha cari tambahan uang saku waktu kuliah. Haha.

Murid pertama saya bernama Bintang, siswa kelas 3 SD Al Azhar Syifa Budi Solo, mungkin saat ini dia sudah SMA. Kemudian disusul murid lainnya yaitu Chacha, Tita, Lintang, Tina, Vania, Wahid, Ayu, Farda, Aziza, Dawinta, Dian dan Arisa. Setiap murid dan keluarganya mempunyai karakter unik tersendiri dan selalu menyisakan cerita baik tentang akademisnya maupun kedekatan mereka secara personal. Salah satu murid saya yang menyenangkan dan memiliki kedekatan dengan saya sampai sekarang adalah Lintang Tunjung Sekar, atau lebih akrab dipanggil Dik Lintang. 

Dik Lintang, gadis manis penyuka anime ini, membuat pengalaman ngelesi bersamanya selalu menyenangkan karena dia selalu nurut dengan instruksi belajar yang saya berikan dan suka menceritakan kehidupan SMP nya dan minatnya pada anime. Saya pun nggak kalah cerewetnya menceritakan kehidupan dan kegiatan organisasi dan komunitas kampus di sela sesi les kita, setidaknya  dulu saya ada harapan dia terinspirasi atau terpacu belajarnya dari apa yang saya ceritakan.

Tiga tahun lalu saya menemani Dik Lintang belajar mempersiapkan UAN SMP khususnya Bahasa Inggris selama setahun. Saya masih ingat betul suasana belajar di ruang tamu rumahnya, Saya masih hapal jalanan menuju rumah yang bercat putih, dengan pagar besi hijau, banyak pepohonan rindang dan lokasi rumahnya di sekitar belakang Terminal Tirtonadi. Saya masih ingat betul ibunya yang ramah dan adek yang gendut dan lucu. Dan lagi, snack yang sudah siap tersaji bersama segelas teh hangat setiap kali datang. Belajar bersama Dik Lintang di rumahnya selalu tanpa meja, jadi kita selalu ndlosoran dan sering aku yang terkantuk kantuk karenanya. Hahaha

Satu tahun berlalu, dan kita mengakhiri periode les itu. Dek Lintang lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Saya melanjutkan kesibukan kuliah dan les di tempat lainnya dan Dik Lintang melanjutkan studynya ke tingkat selanjutnya. Meski tidak bertatap muka lagi, sampai sekarang saya dan Dek Lintang masih sering berkomunikasi lewat jejaring sosial dan melihat perjalanan studynya lewat foto foto yang dia unggah.

Dulu dia agak pesimis mengenai nilai dan sekolah yang ia akan tuju. Tapi kemudian dia mengabarkan bahwa dia masuk SMK 2 Surakarta (Salah satu sekolah kejuruan terfavorit di Solo) dengan jurusan Teknik Audio Visual. Wiiih, mantaap.. rasanya saya ikut meluap lupa mendengar kabar gembira itu. Selain itu dari foto foto yang ia unggah di jejaring sosial, saya tahu bahwa dia sangat menikmati masa sekolahnya bersama teman temannya, dan aktif dalam kegiatan sekolah. Inilah perasaan bangga dan bahagia saya manjadi bagian sejarah perjalanan studynya Dik Lintang, meskipun cuma menjadi guru les, dan temen bercerita selama les :).


Dan kemarin adalah kelulusan SMA SMK se Indonesia, dan Dik Lintang mengunggah foto kelulusan dan wisuda SMK nya. Perasaan bangga masih memenuhi diri saya bahwa, murid saya inipun berhasil melalui masa SMKnya dengan sukses dan gembira. Sekarang dia siap menghadapi gerbang perkuliahan, dan selalu, saya mendoakan yang terbaik untuknya, dalam perjalanannya beribadah menuntut ilmu dan meraih cita cita.



Good Luck selalu, Dek Lintang.. 
i am so proud of being part of journey :)






sunday @pink office

nengokin kebun buah

Haloo.. hehe maap late post untuk postingan kali ini. Well, sepertinya sayang juga sih kalo g mengabadikan cerita petualangan kecil saya beberapa minggu yang lalu lewat tulisan di blog. Kali aja ada yang terinspirasi buat cari tempat liburan, dan sekalian mempromosikan wisata Jogja. hehehe.


Here we go, 


Beberapa waktu lalu, saya terserang kebosanan tingkat dewa. Bosan tentang kerjaan yang enggak membuat saya banyak bergerak dan berpikir. Malah jadi gampang stressful dan ngedrop. Dari situ saya meniatkan diri untuk segera refreshing dan mengajukan permohonan pindah kantor saking g kuatnya. 


Eeh.. malah ngedrop lagi sebelum mengajukan pindah kantor dan refereshiing. Dalam 6 minggu saya ngedrop 3 kali, praktis dalam 2 minggu sekali saya ngedrop. Ngedrop disini tuh panas, dingin, pusing, batuk, lemes dan sebangsanya saking dinginnya area kerja saya ini. Imunitas saya jadi bener bener KO. Setelah mengunjungi Pak Dokter, saya didiagnosa kena ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Parah?? No. Hanya imunitas jadi lemah karena cuaca ekstrem dan pernapasan dan alergi alergi yang mengganggu, di tambah adanya efek hujan abu erupsi Gunung Kelud. Komplit sudah.. :(


Suatu pagi di hari Jumat, saya buka FB (seperti biasanya) dan masih kondisi marahan sama Captain, karena enggak ditegokin pas sakit kmren. Huh! Kadang enggak ngerti what's in his mind, kan saya bukan pembaca pikiran, makanya sharing doong. Pada Home Facebook saya lihat ada postingan foto temen fotografer, sebuah tempat yang keren banget dan hijau di Jogja. Tanpa ragu lagi, saya langsung memutuskan, itu destinasi saya touring akhir pekan ini. Yeaaahh, back to nature. 


Untuk merealisasikan surprising plan ini, saya tidak memberitahu Captain destinasi saya, cukup menginfokan bahwa kita berangkat pagi dan siapkan armada roda dua (biar romantis *halah). Setelah sedikit nanya nanya dan googling acak, saya packing kecil kecilan, charging batre hape, kamera, dan ipod sampe penuh, dan meluncur ke stasiun Purwosari menuju Jogja, berkereta lagi... oh I love it :)


Yep, kereta lokal, Jogja Solo pagi itu, Sriwedari Express. Cukup bayar 20.000, saya mendapatkan pelayanan kereta yang sesuai ekspektasi saya, longgar, bersih, rapi dan adem. Quick look inside the train. 





 Walaupun cuma 1 jam berjalanan, saya menikmati perjalanan berkereta api pagi itu. Hawa segar, dan pemandangan sawah yang hijau di kanan kiri rel kereta api, serta music yang mengalun lewat earphone, seperti sebuah kombinasi pagi yang sempurna. aseeekk. Lihat saja, sinar matahari pagi yang hangat lewat jendela jendela kereta. Amazing. 







Ini nih bagian paling susah: ngebangunin Captain. Setelah usaha menelepon beberapa kali, akhirnya makhluk ganteng (kalau abis mandi) ini bangun juga dan buru buru bersiap jemput makhluk cantik yang sudah mandi (tentu saja itu saya :P). Sambil menunggu Captain jemput, saya menghampiri warung 24 jam depan stasiun Lempuyangan Jogja. Sarapan pagi dulu, mie rebus dan telor di depan stasiun Lempuyangan di tengah suasana stasiun yang khas, porter, supir taksi, mahasiswa yang pulang mudik, keluarga kecil yang mau jalan jalan, tukang becak yang sarapan bareng, dan dialek khas Jogja menyenangkan. 


Setengah jam kemudian, Captain dateng dengan Vario Tech yang juga ganteng (*halah apaan sih). Wajah bersih (abis mandi sih) tapi masih ngantuk itu ngirit senyum, padahal sayanya cengengesan nggak jelas. Maklum, udah beberapa minggu  nggak ketemu, kangen ceritanya. Ok, skip bagian romantis romatisannya nya. Kita langsung meluncur ke destinasi, saat itu baru saya deklarasikan dengan pede ke Captain, pagi itu kita akan jalan jalan ke Kebun Buah Mangunan, Manding, Bantul, Jogja. (*kepedean). 


Kita menikmati perjalanan pagi itu, traffic longgar dan cuaca sedikit mendung. Kita ambil jalur jalan Parang Tritis, dan kita terus melaju ke selatan, ke arah Bantul. 30 menit lebih berlalu, Captain mulai curiga aja. 
" Bener nih, kebun buahnya di Manding?" tanyanya. 
"Iya, kemaren udah aku googling koq" jawab saya. Tiba tiba ragu trus googling lagi di smartphone. Lamaaaa banget loadingnya. 
Sambil berkendara pelan pelan, kita telah melewati daerah Manding dan tidak menemukan tanda tanda adanya kebun buah. Cling, berakhir juga loadingnya dan saya baca perlahan lahan dengan innocent nya " Kebun Buah Mangunan, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta" 

Haaaaahh??!!" 
Seketika, Captain menghentikan laju motornya, dan menepi, mengambil smartphone (yang lebih keren) di kantongnya  dan googling. Sial. Loading smartphone dia super cepat. 
"Sayang, tau nggak Dlingo itu mana?" tanyanya dengan muka kesel. 
"G tau, maap, salah baca info.. aku pikir di Manding" masih muka memelas. 
Ingat, salah baca info di website bisa berakibat fatal saat berwisata. 

"Dlingo itu kecamatan paling ujung di Bantul, udah perbukitan, sebaliknya bukit udah pantai tuh, beda kecamatan (Gunung Kidul/Kulon Progo--lupa ah). Dan kita melaju jauh di arah yang salah. Koq bisa sih Dlingo jadi Manding, hadeeewh"
"Huks.. maap.. jadi gimana dong"
"Kesiangan nggak klo kita ke sana? butuh 1,5 jam sampe sana. Dan semoga sih g hujan, apa ganti destinasi aja?"
Dan negosiasi antara jadi berangkat ato enggak pun berlanjut dan berakhir dengan saya ngambek. :P

Captain g tega kali melihat saya yang kecewa berat, dan diem dieman. Akhirnya Captain puter arah dan kembali ke jalur jalan utama. Aku pikir kita akan kembali ke Jogja kota. Ternyata Captain mengarahkan motornya menuju ke Imogiri, Bantul dan lanjut ke Dlingo. Kita sama sama mencari Taman Buah Mangunan. ;)

1,5 jam perjalanan ke selatan, kita melewati desa desa pinggir jalan, pasar tradisional, dan sekolah sekolah negeri. Kita mengikuti petunjuk jalan menuju ke Imogiri, dan Dlingo. Ketika jalanan mulai menanjak dan mengarah ke perbukitan, nah, kita baru yakin nih kita menuju ke jalan yang benar (tiada lagi tersesat). Hawa terasa lebih segar karena banyak pepohonan dan hutan hutan kecil di kiri kanan jalan. Melewati Kompleks Makam Raja di Imogiri, Melewati Kelurahan Mangunan, menanjak dikit, dan sampailah kita di Kebun Buah Mangunan di atas bukit.  

Dengan tiket IDR 5000 kita bisa masuk ke tempat wisata ini. Komentar pertama ketika memasuki area wisata: Sejuk, segar dan tenang, di tambah dengan suara suara kicau burung yang menenangkan. Komentar kedua: mana buahnya nih??? Whaduuh. Ternyata saat kita di sana memang bukan musim panen buah, jadi yang terlihat berbuah hanya pohon pohon rambutan dengan buah merahnya yang menggantung. Selebihnya tidak ada, hanya rerimbunan pohon saja. Harapan kita terakhir adalah gardu pandang. Spot paling asik untuk menikmati pemandangan alam yang luar biasa dari puncak bukit. Yes.... dan inilah.. Gardu Pandang Kebun Buah Mangunan. 



Dari gardu pandang inilah kita bisa membebaskan pandangan kita, 





Okeeeeh,, foto foto dulu deh sama yang hijau hijau.. 





Mengamati alam dari Gardu Pandang. Subhanallah, beautiful bingiiiitt... hehe



Saya lupa ternyata hari itu hari minggu, jadi banyak anak muda yang berpikiran sama seperti kita untuk refreshing di sana. Haiiih, aku pikir tempatnya bakalan eksklusip karena belum banyak pengunjung. Ternyata cukup rame juga. 

muka bete dan masih ngantuk karena di paksa melayani napsu berpetualang di hari minggu saya.. wkwkwkwk


Nah tuh.. kalo gini kan ganteng (meskipun efek abis mandinya sudah banyak berkurang).. hehe




ending postinganya di tutup dengan foto sok sokan dramatis. Hahaha. 

Yeep, begitulah sepenggal cerita petualangan kecil saya sama Captain ke Kebun Buah Mangunan. Meskipun tempat wisata ini belum secara maksimal dikembangkan, tetapi ini salah satu wisata di jogja yang sangat recomended untuk merefreshkan diri, membebaskan mata ke pemandangan, dan menikmati tenangnya alam. 
So pack your bag, siapkan bekal, let get another adventure. yeaaayy!! :D

senyum saya

Meskipun sekarang ini, saya dikenal sebagai cewek imut yang suka cengengesan dan senyam senyum nggak jelas, hehe. Dulu saya tidak terlalu suka dengan senyum saya lho, lebih tepatnya tidak suka dengan senyum lebar saya. Kenapa demikian? Hmm... Hal itu dikarenakan saya tidak merasa cantik dengan seyum saya....tapi itu dulu sih. Okay, let me share my story :)

Well, frankly speaking, semua wanita ingin terlihat cantik dan sempurna. Hanya saja... kadang wanita gampang terpengaruh standarisasi cantik seperti di iklan iklan tipi yang lalu jadi semacam doktrin bahwa cantik itu persyaratannya ini, ini, ini, dan itu. Tubuh semampai, rambut indah tergerai, kulit putih, wajah lonjong cantik ala korea, dan senyum menawan dengan deretan gigi yang rapih. Nah, this story is all about. 

Dulu saya berpendapat bahwa my smile is a bit weird. Weird karena deretan gigi yang enggak mau berbaris dengan rapi ditambah dengan gigi taring yang suka terlalu mengeksposkan diri alias gingsul. Hehehe. Dulu pernah sih beberapa tahun lalu, merencanakan untuk mengenakan brace untuk merapikan susunan gigi yang sebenernya emang ada genetis keluarga dengan rahang sempit dan gigi yang penuh. Yes, kakakku mengalami kendala yang sama mengenai susunan giginya, mungkin lebih berantakan lagi, dan sampai saat ini dia masih mengenakan brace sejak 3 tahunan lalu. 

Sebenarnya saya tidak mengalami kendala yang berarti dengan susunan gigi ini yang berkaitan dengan pencernaan mekanik. Hanya saja memang waktu itu percaya diri saya belum ter boosted, dan kekhawatiran berlebihan tentang pandangan orang lain tentang look an performance.

Selain masalah pergigian dan percaya diri, saya juga berpendapat bhawa senyum lebar saya ini, membuat wajah saya semakin bulat, pipi bakpao ini semakin mengembang, hidung ikut ikutan mengembang, dan lesung pipit pelit terekspose karena hanya ada satu lesung pipit aja, di pipi kanan. 

And life goes on..

Sepanjang perjalanan ke sini, saya mulai menyadari bahwa banyak hal tentang diri saya yang tidak pernah saya perhatikan. Bahkkan saya sering mengabaikan dan tidak percaya pujian pujian kecil yang positif tentang saya yang kelebihan energy (dan lemak) ini. Dinar lucu, gayeng. semangat, booklover, tembem, unik lebih sering saya dengar dari pada Dinar dengan senyum yang aneh. Dan bagi beberapa orang, pipi dan wajah bulet itu lucu, gingsul itu manis, dan lesung pipi satu itu unik, daan.. senyum lebar itu menyenangkan. Dan begitulah percaya diri terbangun semakin kuat sampai sekarang.

Yaap, dan disinilah saya sekarang, bukan tentang brace yang saya pikirkan, bukan lemak yang saya pusingkan. Saya punya standarisasi cantik menurut saya sendiri, bersih, banyak ilmu, menebar semangat lewat senyum, tawa dan karya. :)

Yess,  kita jarang menyadari bahwa banyak orang bisa jatuh cinta dari tersenyum kita dan atmosfer yang kita bawa. Show us the way you are. Since you're beautiful.. :)

senyum manis tidak memiliki standarisasi paten. :D




terimakasih, cinta :)