Saya adalah pecinta kucing. Sayangnya, Ibu saya tidak mendukung saya dalam usaha memelihara kucing di rumah dengan alasan kebersihan, kesehatan dan segala kerepotan mengurus kucing. Selain itu, Ibu meragukan kemampuanku dan niatku memelihara hewan peliharaan mengingat beberapa hewan peliharaan yang niatnya saya pelihara malah berakhir dengan RIP contohnya si anak ayam warna warni, cupang, dan ikan koki di bowl glass keskretariatan kampus dulu (Omaigot.. saya g sengajaaa T.T).
Tapi untungnya saya dikelilingi
oleh teman-teman yang rata-rata juga pecinta kucing, dan kebanyakan adalah
kucing kampung/kucing domestic, jadi saya bisa ikutan manja manjain kucing
meski bukan punya sendiri, hehe. Sebagai contoh adalah teman sebangku SMP ku
namanya Anik Alfiah (yang dulu sering aku aniaya, sekarang udah punya anak
cewek gembul lucu banget). Anik punya hampir sekitar 9 kucing di rumah. Ada
salah satu kucingnya yang gendut banget namanya Babi. (kucing apa babi sih
sebenernya??). Kemudian Anita (partner kriminalku semasa kuliah dan sampe
sekarang) punya beberapa kucing yang lucu-lucu, ada yang hitam keren (lupa
namanya, pengen aku culik rasanya tuh kucing, hehehe), dan yang paling terkenal
adalah yang namanya Mimiro, hasil adopsi punya orang kayaknya. Saya juga punya
teman dekat gara-gara niat adopsi kucingnya yang banyak banget tapi nggak jadi
:P, namanya mas Iwan. Selain mereka juga
ada Dessy, Nisa, Ditra, Erry, dan lainnya para pecinta kucing.
Well, dalam postingan kali ini,
saya tidak akan focus pada kecintaan saya pada kucing, tapi kecintaan seorang
Mbah pada makhluk berbulu dan cantik ini. Adalah Mbah…… (aduh aku lupa
namanya), mari kita sebut saja Mbah Kucing. Mbah Kucing sepertinya janda yang
sudah sepuh, kurus, dan keriput namun g tau kenapa, ada aura ceria di dekatnya.
Bisa dibilang Mbah Kucing ini homeless, kita kurang tau dimana rumahnya dan
dimana saudara dan sanak familynya. Beliau tinggal di area parkir gerobak
sampah dan becak di area belakang Matahari Singosaren, Solo.
Lokasi tinggal Mbah Kucing
Parkiran Gerobak Sampah
Parkiran Becak Singosaren
Anita pernah mengajak saya ke
sana, dan saya speechless, nggak banyak bicara, antara kagum dan tersentuh. Tempat
tinggal Mbah Kucing jauh dari sehat karena dekat dengan gerobak gerobak sampah
yang belum bersih benar sehingga menebar bau kurang sedap. Lalu tempat tinggal
Mbah kucing juga tidak tertutup, pasti kedinginan bisa kemasukan air kalau
hujan deras. Semoga warga sekitar lebih peduli untuk merawat Mbah yang sangat
ceria ini.
Mbah Kucing sangat hepi menyambut
kedatangan sore itu, beliau agak lupa nama Anita, tapi beliau selalu senyum
senyum kedatangan tamu tamu imut macam kita ini (okee.. pede dikit gpp kan? :) ) Betapa
menyejukkannya ketika Mbah Kucing bercerita tentang kucing kucingnya, dan
dengan bangganya menunjukkan pada kami kucing kucing yang ada digendongannya. Beliau
memberi nama yang lucu lucu pada kucingnya seperti Kliwon, Kampret, dan lainnya
saya lupa. Hehe. Mbah kucing sering sedih apabila ada kucingnya yang sakit atau
mati karena terlindas motor di jalanan.
Mbah Kucing dan anak anaknya :)
Mbah Kucing lagi semangat semangatnya ceritain kucing kucingnya
Sehat selalu ya Mbah..
Anita, autis partnerku ini adalah
anggota PKDI (Pecinta Kucing Domestik Indonesia). Tentang Mbah Kucing ini
pernah di angkat ke forum di PKDI dan bahkan sampai diliput/wawancara oleh TV local
Solo. Dari situ, banyak anggota PKDI yang secara rutin memberi bantuan ke Mbah Kucing
ini dan kucing kucingnya berupa kandang dan makanan kucing. Ada juga yang
datang membawa karton bekas, koran bekas, atau botol air mineral bekas supaya
bisa di jual lagi sama Mbah Kucing ke pengepul. Saat kita datang ke tempat Mbah
Kucing, Anita bawa 2 bendel besar Koran bekas dan makanan kucing buat Mbah
Kucing.. aa lop you, Beb.. *peluk ciyum.
Anita lagi bisnis gelap sama Mbah Kucing.. eh salah sedang kangen kangenan ding sama Mbah Kucing :P
Yang menakjubkan dari hal ini
adalah adalah kecintaan dan kepedulian Mbah Kucing pada makhuk hidup yang
kadang ditelantarkan oleh manusia tanpa ada pamrih apapun. Ditengah keterbatasan hidup beliau, beliau
mengambili kucing kucing itu dan memeliharanya ditempat dia tinggal sehari
hari, dan memberi cukup makan dan perlindungan yang cukup, dan saya bisa lihat
sendiri, Mbah Kucing mencintai kucing kucingnya itu seperti teman atau mungkin
anak sendiri.
Yes.. begitulah cerita di
postingan saya kali ini. We all know what
we can learn from Mbah Kucing, inspirasi tentang berbagi, dengan
keterbatasan macam apapun. Mencintai makhluk ciptaan Tuhan dan merawatnya
sebaik baiknya, semaksimal kemampuan kita. Belajar dari Mbah Kucing membuat
saya kadang malu sendiri, karena betapa seringnya saya memikirkan diri sendiri
dengan segala persiapan matang dan perencanaaan masa depan kemudian semakin
lama semakin buta dengan kepedulian akan sekitar. Well, buka mata dan buka hati,
belajar berbagi :)
Haii.. Kami anak anak Mbah Kucing.. ^^
dateng lagi yaaa.... *muuacchh
_Saturday nite afta bad flu_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar