Sabtu, 01 Februari 2014

Mbah Kucing


Saya adalah pecinta kucing. Sayangnya, Ibu saya tidak mendukung saya dalam usaha memelihara kucing di rumah dengan alasan kebersihan, kesehatan dan segala kerepotan mengurus kucing. Selain itu, Ibu meragukan kemampuanku dan niatku memelihara hewan peliharaan mengingat beberapa hewan peliharaan yang niatnya saya pelihara malah berakhir dengan RIP contohnya si anak ayam warna warni, cupang, dan ikan koki di bowl glass keskretariatan kampus dulu (Omaigot.. saya g sengajaaa T.T).


Tapi untungnya saya dikelilingi oleh teman-teman yang rata-rata juga pecinta kucing, dan kebanyakan adalah kucing kampung/kucing domestic, jadi saya bisa ikutan manja manjain kucing meski bukan punya sendiri, hehe. Sebagai contoh adalah teman sebangku SMP ku namanya Anik Alfiah (yang dulu sering aku aniaya, sekarang udah punya anak cewek gembul lucu banget). Anik punya hampir sekitar 9 kucing di rumah. Ada salah satu kucingnya yang gendut banget namanya Babi. (kucing apa babi sih sebenernya??). Kemudian Anita (partner kriminalku semasa kuliah dan sampe sekarang) punya beberapa kucing yang lucu-lucu, ada yang hitam keren (lupa namanya, pengen aku culik rasanya tuh kucing, hehehe), dan yang paling terkenal adalah yang namanya Mimiro, hasil adopsi punya orang kayaknya. Saya juga punya teman dekat gara-gara niat adopsi kucingnya yang banyak banget tapi nggak jadi :P, namanya mas Iwan.  Selain mereka juga ada Dessy, Nisa, Ditra, Erry, dan lainnya para pecinta kucing.        


Well, dalam postingan kali ini, saya tidak akan focus pada kecintaan saya pada kucing, tapi kecintaan seorang Mbah pada makhluk berbulu dan cantik ini. Adalah Mbah…… (aduh aku lupa namanya), mari kita sebut saja Mbah Kucing. Mbah Kucing sepertinya janda yang sudah sepuh, kurus, dan keriput namun g tau kenapa, ada aura ceria di dekatnya. Bisa dibilang Mbah Kucing ini homeless, kita kurang tau dimana rumahnya dan dimana saudara dan sanak familynya. Beliau tinggal di area parkir gerobak sampah dan becak di area belakang Matahari Singosaren, Solo.


 Lokasi tinggal Mbah Kucing


Parkiran Gerobak Sampah


Parkiran Becak Singosaren


Anita pernah mengajak saya ke sana, dan saya speechless, nggak banyak bicara, antara kagum dan tersentuh. Tempat tinggal Mbah Kucing jauh dari sehat karena dekat dengan gerobak gerobak sampah yang belum bersih benar sehingga menebar bau kurang sedap. Lalu tempat tinggal Mbah kucing juga tidak tertutup, pasti kedinginan bisa kemasukan air kalau hujan deras. Semoga warga sekitar lebih peduli untuk merawat Mbah yang sangat ceria ini.


Mbah Kucing sangat hepi menyambut kedatangan sore itu, beliau agak lupa nama Anita, tapi beliau selalu senyum senyum kedatangan tamu tamu imut macam kita ini (okee.. pede dikit gpp kan? :) ) Betapa menyejukkannya ketika Mbah Kucing bercerita tentang kucing kucingnya, dan dengan bangganya menunjukkan pada kami kucing kucing yang ada digendongannya. Beliau memberi nama yang lucu lucu pada kucingnya seperti Kliwon, Kampret, dan lainnya saya lupa. Hehe. Mbah kucing sering sedih apabila ada kucingnya yang sakit atau mati karena terlindas motor di jalanan.


Mbah Kucing dan anak anaknya :)


Mbah Kucing lagi semangat semangatnya ceritain kucing kucingnya




Sehat selalu ya Mbah..


Anita, autis partnerku ini adalah anggota PKDI (Pecinta Kucing Domestik Indonesia). Tentang Mbah Kucing ini pernah di angkat ke forum di PKDI dan bahkan sampai diliput/wawancara oleh TV local Solo. Dari situ, banyak anggota PKDI yang secara rutin memberi bantuan ke Mbah Kucing ini dan kucing kucingnya berupa kandang dan makanan kucing. Ada juga yang datang membawa karton bekas, koran bekas, atau botol air mineral bekas supaya bisa di jual lagi sama Mbah Kucing ke pengepul. Saat kita datang ke tempat Mbah Kucing, Anita bawa 2 bendel besar Koran bekas dan makanan kucing buat Mbah Kucing.. aa lop you, Beb.. *peluk ciyum.






Anita lagi bisnis gelap sama Mbah Kucing.. eh salah sedang kangen kangenan ding sama Mbah Kucing :P


Yang menakjubkan dari hal ini adalah adalah kecintaan dan kepedulian Mbah Kucing pada makhuk hidup yang kadang ditelantarkan oleh manusia tanpa ada pamrih apapun. Ditengah keterbatasan hidup beliau, beliau mengambili kucing kucing itu dan memeliharanya ditempat dia tinggal sehari hari, dan memberi cukup makan dan perlindungan yang cukup, dan saya bisa lihat sendiri, Mbah Kucing mencintai kucing kucingnya itu seperti teman atau mungkin anak sendiri.


Yes.. begitulah cerita di postingan saya kali ini. We all know what we can learn from Mbah Kucing, inspirasi tentang berbagi, dengan keterbatasan macam apapun. Mencintai makhluk ciptaan Tuhan dan merawatnya sebaik baiknya, semaksimal kemampuan kita. Belajar dari Mbah Kucing membuat saya kadang malu sendiri, karena betapa seringnya saya memikirkan diri sendiri dengan segala persiapan matang dan perencanaaan masa depan kemudian semakin lama semakin buta dengan kepedulian akan sekitar. Well, buka mata dan buka hati, belajar berbagi :)



Haii.. Kami anak anak Mbah Kucing.. ^^



dateng lagi yaaa.... *muuacchh





_Saturday nite afta bad flu_




Tidak ada komentar:

Posting Komentar