Rabu, 29 Mei 2013

New Reclaimed Teak Collection: Colonial Style.

Hehe.. ini artikel yang saya tulis untuk urusan kerjaan sebenarnya tapi saya post juga di blog pribadi saya. Gapapa deh.. semoga bermanfaat. Silakan membaca. 


What’s the strong and beautiful wood for furniture? Teak wood is the right answer. It is undeniable that teak wood is also called king of the wood. This tropical wood is well known as the best qualified wood for furniture from long time ago for its durability and beautiful look of its grain. The new and also the recycled ones of this woods are commonly use to make furniture, flooring, craft and other wooden products. Reclaimed teak wood furniture is one of teak wood furniture products which will offers you different taste and special furniture products.

Reclaimed teak wood is generally re-used as material for making indoor and outdoor furniture. These recycled wood materials came from various sources such as old teak door, Javanese gebyog, teak wood house pillar, even wooden stable. The plus points of using reclaimed teak furniture are surely because of the durability of the furniture itself and also the beauty of the wood. The strength and durability of reclaimed teak wood makes the furniture with this material stay away from common furniture flaws such as cracking, splitting, bending and termite resist. Feel the beauty look of the reclaimed teak furniture by touching the surface which beautified with fine smooth sanding or rustic surface finishing.


reclaimed teak surface - rustic finishing


For the production side, producing reclaimed teak furniture is simple and efficient since it doesn’t take longer production time compared with producing furniture with new teak material. Reclaimed teak furniture doesn’t need to be kilned dry. It is because the woods are dry naturally by the time and weather without any human treatment for the dry process. Thus, the production for reclaimed teak furniture items will be 2-3 weeks quicker than new teak furniture production.

Now you can find new collection of reclaimed teak furniture at www.reclaimed-teak.com. We have new collection of reclaimed teak items in colonial style. Commonly, reclaimed teak furniture is designed in minimalist style which is indicated by simple shape, square domination, and minimalist style. The new idea of developing reclaimed teak products is now applied in reclaimed teak furniture colonial style by our designers and craftsmen.

minimalist reclaimed teak sideboard


minimalist reclaimed teak dining set


Colonial style furniture is influenced by the style of furniture in the colonial era in Indonesia. This style is symbolized and applied in the simple curving, and elegant shape which give more the aesthetic of reclaimed teak furniture. Combined with brass accessories for handles and hinges in oldies color adds more antique and colonial taste value on the furniture.  Though the reclaimed teak items are using unfinished color stain for the surface, they show the beautiful character with their simplicity. Obviously, the teak wood grain is simply awesome.



colonial reclaimed teak coffee table

colonial reclaimed teak living set



colonial reclaimed teak wardrobe

colonial reclaimed teak mirror


Our new collection of colonial style reclaimed teak definitely will beautify your private house, summerhouse, and your projects of natural-themed hotel and resort projects. For more details about our latest collection of colonial style reclaimed teak collection, please click the link http://www.reclaimed-teak.com/product/colonial-reclaimed-teak or contact me marketing@reclaimed-teak.com. Grab it fast and be the number one to have this special collection. 

Minggu, 19 Mei 2013

We Love ZOO


Tanggal merah selalu membuat saya excited, karena rasanya ada dua weekend dalam satu minggu, dan rasanya jam kerja semakin lebih pendek. Maka,  alokasi hari liburnya menjadi dua, tanggal merah yang bisa di alokasikan untuk kegiatan apapun dan real weekend yang dialokasikan untuk family time. Yup, dan tanggal merah selalu menggoda dan memancing saya untuk berpetualang, kembali kea lam, sekedar dolan, pit-pitan, refreshing, dan mengunjungi tempat baru, melupakan sejenak dunia kerja dan merasakan kembali perasaan bebas dari tugas kantor dan target dan bla..bla..bla. Maka menurut definisi kamus saya saat ini, tanggal merah means have fun and get refreshed. :D

Dan tanggal merah minggu lalu, saya menikmatinya dengan petualangan bersama ke…….. kebun binatang. Yes, right! Kebun binatang. Padahal malam sebelumnya saya membayangkan sungai besar atau pantai yang akan jadi tujuan petualangannya. Namun, ketika Captain (sebut saja begitu –red) berinisiatif mengajak ke kebun binatang excitement saya juga tidak kalah besarnya. Well, tepatnya saya dan Captain  menyambangi Gembira Loka Zoo di Bantul Jogjakarta. 



Ini Nih logonya.. :)


Well, GLZoo mungkin kebun binatang atau tujuan wisata wajib anak-anak kelahiran 80an, dimana dulu mall dan segala tempat bermain modern masih jarang ditemui. Maka wisata alam, museum dan kebun binatang adalah tujuan wisata anak-anak kala itu. Saya sendiri pernah ke sana waktu awal SD (tapi sudah banyak lupa seperti apa Gembira Loka saat itu), dan Captain juga pernah ke sana sewaktu kecil, dan sepertinya banyak kenangan manisnya waktumasih anak-anak tertinggal di sana. Maka, kita sangat sepakat untuk rencana petualangan ke GLZoo, for the sake of mengingat kembali kenangan ke kebun binatang waktu kecil. Sebenernya ini keinginan yang sudah lama dibicarakan dan direncanakan bersama Captain saya, dan belum sempat sempat terealisasi. Dan begitu tanggal merah datang, di pertengahan minggu lalu, barulah rencana petualangan ke GLZoo terealisasi. Senangnyaaaa.


Great! Petualangan ke GLZoo-nya berempat, dan terlihat seperti double date, bersama pasangan unyu ini: David dan Dewi. Yes, totally tambah gayeng, tapi petualangan ini diawali dengan acara miskomunikasi dan saling menunggu dulu sebelum ketemu di kebun binatang. Hedeeeeh.


Kesan pertama sampai di area kebun binatang adalah: ramaaaaiiii. Sampai-sampai kita memarkir kendaraan jauh dari pintu masuk kebun binatang. Mayoritas pengunjung yang terlihat adalah rombongan anak-anak TK dengan seragam olah raga warna warni bersama bapak ibunya, guru-gurunya dan bawaan wajibnya: nasi kotak.  Dan tentu saja, sangat sedikit pasangan muda yang berkencan di kebun binatang seperti kami. Well, who cares? Kita sedang bertualang tauuuu..dan kita menikmatinya..hehe. It’s an adventure, dude.


Anak-anak TK tetangganya David nih.

Di gapura masuk kebun binatang, beuuuh.. antreannya panjang, dan penuh. Harga tiketnya berapa ya? 20ribu apa 25 ribu rupiah, Mas? :D. He treated me, anyway. Yess!! Begitu masuk area kebun binatang, everything is green, hijau, rindang, dan banyak pohon. Tapi sayang, sungai yang melewati kebun binatang (menurut Wikipedia, namanya sungai Gajah Wong) agak kotor dan terpolusi oleh sampah-sampah, karena aliran airnya langsung dari aliran sungai dari kota. Hm.. perlu dicermati dan segera ditindak lanjuti nih *kata Pak Murwat.  


"tak tumbaske tiket ya, dek", :D

Pintu masuk. :D

Kebun binatang yang sejarahnya dulu berawal dari rencana Sri Sultan Hamengkubuwana VIII untuk membangun kebun raja ini, ternyata cukup luas. Di tengah area kebun binatang ada kolam air, nggak terlalu luas sih kolam airnya, tapi ternyata bisa dimanfaatkan untuk bersenang-senang dengan speed boat yang mondar-mandir kesana kemari dan bermanuver cukup ekstrem. Selain itu, ada kapal besar Dugong yang jalannya saaaaaaaaat lelet dan rumah makan di tengah kolam air.


Yes, we were exploring there.


So what did I see in GLZoo?? Tentu saja binatang-binatang, sodara-sodara. Pertama masuk di area closure binatang, kita di sambut oleh gajah muda. Kurasa dia masih muda, karena saya lihat sih belum ada gadingnya. Ada juga gajah yang lain, ternyata sebagian gadingnya dipotong, mungkin demi alasan safety. Hum,, kasihan juga lihatnya. Back to the little elephant. Si gajah muda ini benar benar berdiri dihadap kita. Kita benar-benar takjub melihat seekor gajah, bener-bener gajah berdiri di depan kita. Mungkin cuma berjarak 2 meter di hadapan kita. Rasanya masih nggak percaya apakah kita melihat the real gajah, atau gambar gajah besar di tivi. Tapi ketakjuban kita segera memudar, ketika dia dengan tanpa rasa bersalah mengganggu rasa takjub kita dengan: poop. Yes, kita dikasih sambutan poop untuk masuk GLZoo oleh dek gajah.  Mantap!


Next, ada serangkaian primata yang sedang malas-malasan dan nangkring aja di gazebonya. Lalu, reptile yang berendam di aer, dan diam mematung (padahal aku berharap ada adengan buaya/alligator mengejar dan mencincang-cincang ayam hidup. *kebanyakan nonton Discovery Channel). What’s next? Kami menjumpai landak putih, pelican, tapir, babi hutan (ternyata keren), kijang totol yang cantik, wallaby, unta, koleksi ular, zebra,  sampai hewan-hewan yang menurutku kurang familiar di Indonesia.


Berang-berang unyu.

The Boar. Sangar!!


Kita melewatkan area museum kabun binatang, karena takut david menunggu kelamaan dan segera memasuki area koleksi ikan yang gelap. Koq gelap sih? Pertanyaan saya yang masih belum saya temukan maksudnya sampai sekarang. Di area ini, ada koleksi ikan dari kecil-kecil, sampe yang guide-guede ada (meskipun mungkin nggak se-wow sea world). Dan paling membuat saya terkesan adalah mungkin pertama kalinya saya melihat the real piranha. Bergerombol dan terlihat tenang dengan gigi-gigi yang sangar. Tiba-tiba inget discovey channel lagi, jadi pengen bawa pulang satu :D.  Di depan area koleksi ikan, ada kolam tangkap, anak-anak boleh nyemplung, pegang-pegang ikan dan jaring-jaring ikan sesuka hatinya *pengen ikut nyemplung.


Macan putih. White tiger. Saya punya buku berjudul white tiger dari penulis asal India. Setelah baca buku itu, saya membayangkan akan menjumpai seekor macan yang putih berkharisma, mistis, mempunyai segala hal yang menakjubkan seperti yang digambarkan dalam buku itu. Namun begitu, menjumpai macan putih yang sebenarnya, saya cukup menghela napas kecewa. Macan putihnya tidak bersemangat, hanya tidur tiduran malas, dan sepotong daging ayam ada di dekatnya, seperti tidak selera untuk dimakannya. Dan lagi warna bulunya yang seharusnya putih, terlihat kuning dan kurang terawat. Hiks. Kasihan..


Sedikit ke dalam kami menjumpai ada beberapa kandang terpisah. Ya, kandang bukan closure.  Di sana ada beberapa hewan yang sangat malang terkekang dalam kandang yang rapat  dan sama sekali nggak hijau, jauh dari alam bebas. Salah satunya adalah orang hutan jantan besar yang ditumbuhi bulu lebat kecoklatan. Dia sendirian di kandang yang sangat kaku itu, tanpa teman dan tidak ada unsur alam yang hijau, pohon, atau apapun itu yang mendekatkan dia dengan habitat aslinya. Benar-benar nggak tahan lihat matanya yang sayu, dan dia yang terkurap malas seperti merasakan kebosanan yang amat sangat. Entahlah, mungkin dia sengaja di tempatkan di kandang terpisah karena dia sakit, atau berbahaya, atau mungkin dasarnya dia hidup soliter. Entahlah, semoga dia sehat selalu.  


the loner


Selanjutnya, ada area burung yang belum sepenuhnya selesai dibangun (padahal berharap bisa bersentuhan langsung dengan burung besar dan berfoto :D ). Dan bertemulah kita dengan double D di area sirkus yang sudah selesai tampil. Nggak mau melewatkan moment berfoto dengan salah satu iconic kebun binatang, akhirnya kita ngikut foto-foto deh (meski takut-takut) dengan satu orang hutan yang kelihatannya sudah pasrah aja dari tadi. Kayaknya dia cewek deh :D

aseeeekkk... :D

berniat banget bikin boyben..

Kuda nil adalah bonus di bagian akhir perjalanan menuju pintu keluar. Menyenangkan sekali bisa dekat-dekat hewan besar ini. Takjub melihatnya saat membuka mulutnya besar-besar dan makan makanan yang di lempar sama pengunjung. Cracker lho! And my Captain looked so amazed on him. Hipo!

Laper om.....

He was amazed.. :D


Sayangya  saya tidak menjumpai singa di GLZoo, padahal saya berharap menemukan Aslan si singa gagah seperti di film Narnia. Selain itu juga nggak ada Jerapah di GLZoo, karena menurut kabar, jerapahnya meninggal beberapa tahun lalu jadi sekarang nggak ada koleksi jerapah lagi di sana. Um.. bisa import lagi gari Afrika nggak? Hehehe.


Cape berjalan-jalan di area kebun binatang, kita menikmati angin sore yang sejuk dengan duduk-duduk di empang besar dekat pintu masuk tadi. Sejenak menikmati ekspresi-ekspresi setiap orang dan menyaksikan atraksi speedboat yang membuat penumpangnya jejeritan. It felt so relieving.
Pengen sebenernya naik sepeda air, berlomba berempat, atau naik perahu bebek biar sok-sokan romantic, sedikit mengggila dan kekanak-kanakan. Tapi mungkin keburu sore, dan rupanya Captain was not really excited on that kind of crazy lil’ thing. Jadi kita putuskan lanjutkan perjalanan ke pintu keluar saja. Hiks.


Finally, kita menemukan sebuah pohon tumbang yang keren, dengan cabang-cabangnya yang sangat menggoda untuk di panjat. Surely, ini saatnya narsis dan foto-foto ala prewed. Ckakakaka. And these are the results.









Sebelum pulang mampir dulu ke souvenir stand di deket pintu keluar. Niatnya sih pengen beli kaos GLZoo, dan mengkoleksi kaos-kaos khas tempat pariwisata. Tapi begitu melihat pricetag-nya yang ternyata wow-harganya. Pending deh. Budgetnya nggak sesuai dengan barangnya. Untungnya nemu mug gembira loka yang lucu dan tentu saja affordable. Gambarnya hipo.. :D. Kurasa Captain menyukainya. Mugnya sepertinya akan dipakai buat kopi tiap pagi nih. Huh! (mana gambarnya woooi.. koq saya belum dikirimi??). Dan eniwai, mug gambar macannya membayang-bayangiku, harusnya dulu aku beli juga. Huaaaa…


dawet dulu baru pulang.



adventurer
cheerleader of adventurer. haha.

So guys, recommended juga ke Gembira Loka zoo ini bawa keluarga, ponakan atau pacar, untuk sekedar spending time on holiday dan semakin menumbuhkan cinta sama fauna. Di GLZoo, saya sendiri disuguhkan ketakjuban akan hal-hal sederhana yang manis tentang keluarga, anak-anak yang takjub menyaksikan binatang, anak-anak yang cerewet ingin tau dan bertanya-tanya, anak-anak yang riang memberi makan kijang, anak-anak yang tidak sabar menunggu kereta mini yang muter-muter seluruh area kebun binatang,  orang tua yang sibuk jagain dan jelasin mengenai para binatang ke anaknya, orang tua yang mengabadikan gambar anaknya dalam foto,  dan hal-hal manis lainnya yang membuat saya nggak kuasa untuk tidak tersenyum. Kurasa someday aku akan mengajak keluarga kecilku ke sana lagi. Hehehe. Amiin




_pink room_decicated for you, guys_

ENVY

Iri. Iri membuat saya semakin tidak sehat. Iri membuat saya jauh dariNya, lupa akan banyak hal yang wajib saya syukuri. Iri membuat saya lupa caranya menguasai diri sendiri. Saya termakan rasa iri, dan saya lupa caranya “tidak peduli”. Seakan saya membutuhkan orang lain, untuk mencongkel iri dari hati saya, karena lemahnya saya melawan rasa iri yang melelahkan. 


Saya iri pada sebuah kepastian hidup, keterjaminan, dan zona kenyamanan.  Saya iri karena melihat “seperti ini”, “seperti itu”, “seperti dia”. Saya iri pada hal-hal yang sudah mencapai standarisasi yang sebenarnya itu relative, dan manusia sendiri yang membuat standarisasi itu. Saya iri, dan itu menyiksa. Iri mengaburkan pandangan saya tentang proses dan hasil. Iri membuat kepercayaan saya, persistency saya lemah. Iri menjadikan saya lupa menutup mata dan menutup telinga tentang pendapat yang melemahkan. Rasa iri itu menekan, atau saya yang tidak kuat melawan, atau saya yang melankolis melihat dunia. Dimana saya yang percaya pada proses, dimana saya yang sudah ditempa untuk menjadi kuat. I envy.  


KepadaMu, Sang Maha Kreatif, Sang Maha Pemilik hati, jaga hamba dari rasa yang melemahkan ini. Saya, hambaMu yang lemah, dulu kuat melawan arus, yang mentransformasikan tekanan menjadi kekuatan untuk membuktikan, yang mengutuki diri sendiri ketika kurang bersyukur. Mohon dilimpahi kekuatan untuk percaya pada proses, mohon dijauhkan dari rasa iri dan kelemahan hati menghadapi kehidupan, bimbinglah hamba selalu di jalan syukur padaMu.  





closer to YOU. pink room.


Jumat, 03 Mei 2013

hanya saya, sore, dan kampus

Weekend lalu, saya sedikit menggila dengan jalan-jalan sendirian ala-ala turis Solo. Hehe. Sepulang dari kantor, langsung saya menceburkan diri ke padatnya pasar Klewer dan belanja beberapa kebutuhan di shopping list. Dan menikmati suasana pasar tradisional semi modern yang cukup extraordinary menurut saya. Ceilaah. 
Dan setelahnya, entah mengapa tiba-tiba tercetus ide pengen jalan-jalan ke kampus. Sekedar pengen tahu  kondisi kampus saat ini, mengambil beberapa foto (mumpung bawa kamera), dan  dan menikmati sabtu sore itu.. dengan cara saya. :). Ternyata sudah setahun lebih saya meninggalkan kehidupan kampus, dan menjalani dunia kerja yang cukup shocking.. dan sangat-sangat memancing kangen suasana jaman muda, jaman masih beredar di kampus, pagi siang dan malam. Dan beginilah kampus saya sekarang, kampus yang berbukit dan banyak pohonnya. Rindang dan segar, tapi kalau malam, horor tingkat akut, serta jalanannya yang sedikit muter-muter dan membingungkan.  Rupanya sekarang banyak bangunan baru yang cukup membuat saya terpana, dan gemes juga pengen balik ngampus lagi. :P

Let's see what i captured..




Jalanan dalam kampus.
 Entah kenapa saya sangat menyukai persimpangan jalan ini. Padahal ini bukan persimpangan jalan deket fakultasku. Persimpangan jalan antara Fak. Ekonomi, Fak. Hukum, FSSR, arah F. Teknik dan UPT P2B. Dulu waktu jaman awal kuliah, pernah saya jalan kaki sepanjang jalanan ini, performing art untuk hari bumi. Rasanya masih baru kemarin.




Fakultas sebelah.
Pilihan jurusan saya yang kedua saat SPMB. Fakultas yang menurut survei (entah survei dari mana) banyak cewek cakep dan cowok gantengnya, dan juga ada komunitas pilemnya yang keren. Dulu sering menyambangi kampus ini untuk sekedar berkunjung atau pinjem alat di teater SOPO FISIP. Really miss that moment.





Gedung baru di fakultas sebelah. 
Keren juga. 





Tongkrongan mahasiswa Hukum.
Kalau hari-hari perkuliahan aktif, banyak yang nongkrong disini, ada Bapak penjaja koran, dan penjual siomay keliling. Hapal banget saya. Dan tak lupa curi-curi pandang cowok-cowok keren sebelum menuju keluar lewat gerbang belakang.  Hehe





Pura Cantik.
Pura cantik sebelah fakultasku, sering buat foto-foto. (maksudnya biar kelihatan seperti suasana di Bali)..hyahaha.. maksa deh. Kalau pura sedang ada acara sembahyang dan doa-doa, rasanya berasa di Bali tenanan. :D





Gedung B dan spot latihan.
Dulu.. jaman awal datang ke kampus dan mencari kelas kuliah, pasti saya tersesat disini. Hehe. Dan pada perjalanannya, spot disinilah yang menemani sepanjang perjalanan proses berteater dulu bersama keluarga SEA Theater, sore yang cerah, malam yang tenang, dan minggu yang sepi. Betapa kangennya saya berproses lagi.






Perpus FKIP.
Perpus fakultas yang menurut saya masih sangaaaaat perlu ditingkatkan kualitasnya, dari segi pelayanan maupun ketersediaan buku dan fasilitasnya. Perpus ini yang akhirnya jadi tempat mondar-mandir saya saat menyusun skripsi tercinta, duduk membaca di pojokan, dan hunting skripsi referensi. Dan ternyata kangen juga sama judesnya ibu penjaga perpus itu.





Lorong gedung E.
Lorong panjang di belakang gedung E ini favorit mahasiswa PBS untuk kumpul, nunggu jam kuliah, ngrumpi, diskusi, ngemil, bahkan pacaran (lagi?? perasaaan banyak mahasiswa pacaran di kampus deh. hehehehe). Jalan di sepanjang lorong ini selalu membawa suasana semangat muda dan kuliah lagi. 





BEM dan lapangan FKIP
BEM.. hhehehe.. no comment ah :P. Saya hanya ingat ada penjual jus di samping gedung BEM, dan kios fotokopinya yang selalu antre. 
Lapangan FKIP, yang panassss saat siang, dan dipakai futsal tiap sore, dan saya menikmatinya dari lantai 2 gedung E. Dulu berharap panggung kecil yang di buat di bagian utara lapangan bisa dipergunakan untuk pentas pentas. Eh... ternyata kurang representatif dan berkubang air saat hujan, hedeeeh.




Shelter hijau.
Tempat favorit untuk hot-spot-an, download ini itu, kerja kelompok, dan pacaran (lagi???). 





Kantin Yu Sri.
Kantin gedung E yang saaaaaaangat memorable, dan saya belum sempet mampir sini lagi, pasca melepas status sebagai mahasiswi PBS. Bener-bener kangen Yu Sri yang ceplas ceplos dan suka nggosip..dan cerita tentang mahasiswa yang suka kas bon..hehe. Kangen menu mie ayam, mie rebus, pecel, bandeng, dan bakwan jagungnya, hwaaa. Dan dari kantin ini juga banyak pasangan bertemu. *uhukk





Pintu horor.
Butuh kekuatan dan keberanian tinggi untuk mengetuk dan membuka pintu ini. Karena setelah Anda masuk, bersiaplah menjadi mahasiswa manis yang akan menghadapi pada dosen Bahasa Inggris dengan well mannered dan disiplin tinggi. Tapi saya kangen lagi masuk sini, sekedar menyapa para Bapak Ibu Dosen dan menikmati AC dinginnya. hehehe





Spot payung :D
Shelter pojok, untuk setiap cerita, persahabatan, latihan, dan hari-hari yang hebat.






Fakultas saya.
Ini nih jagoannnya. Si Kampus Ungu. Kampus saya yang bangga dengan slogan "berkarakter kuat dan cerdas". Hehe. Kampus saya yang paling guede se UNS, paling melimpah jumlah mahasiswanya, dan paling menggelikan dengan wajib seragam hitam putih tiap senin dan selasa. Tidakkah pada petinggi kampus bersimpati pada kami mahasiswanya yang di bully gara-gara seragam senin-selasanya yang kayak "sinoman" yang di ketawain mahasiswa kampus lain. huhuhu.. untung saya dulu mahasiswa cukup ngeyelan. Jadi nggak patuh pake hitam-putih tiap senin selasa. :P but overall, this is my campus. Almamater yang membentuk saya sekarang ini. Thank you.. :)





 Fakultas sebelah lagi.
Saya selalu terpana melihat dan berkunjung ke kampus ini. They work with art and passion. Great!!





Kantin Mbok Jum.
Untuk banyak alumni (mungkin!) kanting Mbok Jum adalah spot yang paling 'kampus-banget'. Sepertinya nggak ada mahasiswa/alumni kampus hijau yang nggak tau tempat ini. Kantin di ujung utara kampus FSSR ini kantinnya seni rupa banget, karena memang dominan yang disini anak senirupa dan sastra tentunya. Tapi nggak sedikit juga staff kantor yang makan disini dan mahasiswa dari fakultas lain yang makan di sini hanya sekedar kangen menu mbok Jum dan tepe-tepe mahasiswa fakultas tetangga. hahaha. Semester-semester awal, saya suka duduk duduk sekedar ngobrol dan minum es teh bersama beberapa mahasiswa sastra kampus ini. *uhukk.. :P





Boulevard. 
Jalan panjang yang begitu memesona saat memasuki kampus..(apalagi kalo lagi ada bunga-bunga kuning yang berguguran sekali waktu).  Dan rektorat terlihat sangat keren dari sini. 





Rambu baru.
Jiahaha..ini ada rambu baru di kampus. Setahuku dulu jamanku menuntut ilmu di sana belum ada ini di sepanjang boulevard. Eh sekarang udah ada aja. Mungkin gara-gara boulevard sering disalah gunakan untuk sebagian anak muda  pacaran nih. Yaelah.. bukan sekali dua kali mergokin pasangan-pasangan muda pacaran di sekitar bouleveard, siang dan... malam. 



Hmmm..masi banyak yang belum saya capture ternyata: empang, NH, audit, perpus pusat, UKM, dan lantai 2 gedung E-ku tercinta dimana SEA theater ku bernaung. Berhubung hari mulai gelap dan saya cukup penakut untuk blusukan ke kampus yang sepi sendirian, maka saya memutuskan pulang jam 5 sore itu. Membawa kelagaan hati menikmati kembali kampusku tercinta. Rasanya seperti memasang kembali salah satu puzzle ke tempat dimana dia seharusnya berada. Suatu saat saya pasti kembali lagi (insya Allah) untuk  urusan entah apapun itu :)