Minggu, 12 Januari 2014

learning the colors of life

Dear Dearly you,


Biarkan saya bercerita tanpa pakem awalan dan akhiran sebuah tulisan. Maka seperti inilah yang memenuhi otak saya, dan saya tuangkan begitu saja di blog.


Tempat itu adalah sebuah sudut kota yang ramai dengan penjual makanan malam. Warung warung sederhana dengan makanan sederhana dan desain sederhana,  karena sebenarnya yang mereka jual adalah ruang bicara. Mereka menjual area bercerita, berbagi, dan bersosialisasi . Ruang bicara beralas tikar yang di fasilitasi dengan bergelas gelas teh panas, dan kudapan murah meriah.





Orang orang di sana banyak bicara, termasuk saya. Entah apa yang dibicarakan orang orang lain. Entah apa juga yang sedang saya bicarakan. Pembicaraan ini tanpa draft yang terencana, tapi di batasi oleh waktu. Jam pulang malam. Hebat bukan? :D


Maka ruang bicara melompat lompat dari satu tema ke tema lainya, tidak mengalir seperti air sungai menuju ke muara laut. Setiap tema ada ilmu yang tersirat dan ada kalanya bisa saya simpan untuk rencananya saya tulis. Mengingat kinerja memori otak saya terbatas, maka hanya beberapa bagian saja yang bisa saya tulis ulang di sini. Ouch, maafkan.


Yang paling saya garis bawahi, dan saya niatkan untuk saya tuangkan di blog adalah  pernyataan yang saya susun sendiri, seperti ini: bahwa hidup tidak hanya warna pink saja. Karena nyamannya dengan pink (maaf.. sampelnya ambil warna pink :P ), maka orang sering lupa bahwa ada warna lainnya dalam semesta ini: hitam, abu abu, biru, tosca, maroon, jingga, oranye, coklat, hijau, dan semua warna dalam spectrum warna yang pernah diterjemahkan oleh para ilmuwan.


Saya mencoba menilai sendiri warna hidup apa yang saya jalani sejauh ini. Sepertinya sih warna warna permen manis. Dominasi pink. Tergradasi dari soft pink sampai shocking pink. Pokoknya pink. Kemudian semakin jauh menganalisa bahwa banyak bagian dari perjalanan saya, lurus lurus saja, pada track yang seharusnya dan seperti yang di harapkan/direncanakan. Model menjalani hidup yang menina bobokan dan memanja seseorang pada ruang nyaman dan peraduan yang hangat. Lalu perlahan mematikan kepekaannya melihat banyak hal di dunia. Pada warna warna lainnya yang sebenarnya begitu hebat yang menyebabkan kehidupan ini berputar seperti roda. Ouch..lebih harus membuka mata dan mendengarkan sepertinya.


Begitulah,  karena kapasitas menyerap ilmu saya  ini  cukup terbatas, sehingga hanya sedikit pelajaran yang bisa saya tangkap dan saya mengerti. Jadilah seperti ini saja yang mampu saya ungkapkan di tulisan, dari apa yang saya pahami dari kuliah hidup- singkat di pinggir kota itu.


Malam semakin larut, mendung juga ikut ikutan menutupi cantiknya bulan malam itu. Kantuk menyerang tak tertahankan, dan pula sudah waktunya harus pulang.


Mari pulang, sudah malam.


Terimakasih :)


Mari beristirahat.







(maap, beberapa hari ini tulisannya berat melulu. Hihihi)


sunday @ mall

2 komentar:

  1. klo tulisannya berat, ditaruh dl mbakyu :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ehehehe..sudah tertular virus menulis rupanya..hihihi

      Hapus