Dear Dearly you,
Biarkan saya bercerita tanpa
pakem awalan dan akhiran sebuah tulisan. Maka seperti inilah yang memenuhi otak
saya, dan saya tuangkan begitu saja di blog.
Tempat itu adalah sebuah sudut
kota yang ramai dengan penjual makanan malam. Warung warung sederhana dengan
makanan sederhana dan desain sederhana, karena sebenarnya yang mereka jual adalah
ruang bicara. Mereka menjual area bercerita, berbagi, dan bersosialisasi . Ruang
bicara beralas tikar yang di fasilitasi dengan bergelas gelas teh panas, dan
kudapan murah meriah.
Orang orang di sana banyak
bicara, termasuk saya. Entah apa yang dibicarakan orang orang lain. Entah apa
juga yang sedang saya bicarakan. Pembicaraan ini tanpa draft yang terencana,
tapi di batasi oleh waktu. Jam pulang malam. Hebat bukan? :D
Maka ruang bicara melompat lompat
dari satu tema ke tema lainya, tidak mengalir seperti air sungai menuju ke
muara laut. Setiap tema ada ilmu yang tersirat dan ada kalanya bisa saya simpan
untuk rencananya saya tulis. Mengingat kinerja memori otak saya terbatas, maka
hanya beberapa bagian saja yang bisa saya tulis ulang di sini. Ouch, maafkan.
Yang paling saya garis bawahi,
dan saya niatkan untuk saya tuangkan di blog adalah pernyataan yang saya susun sendiri, seperti
ini: bahwa hidup tidak hanya warna pink saja. Karena nyamannya dengan pink
(maaf.. sampelnya ambil warna pink :P ), maka orang sering lupa bahwa ada warna
lainnya dalam semesta ini: hitam, abu abu, biru, tosca, maroon, jingga, oranye,
coklat, hijau, dan semua warna dalam spectrum warna yang pernah diterjemahkan
oleh para ilmuwan.
Saya mencoba menilai sendiri
warna hidup apa yang saya jalani sejauh ini. Sepertinya sih warna warna permen
manis. Dominasi pink. Tergradasi dari soft pink sampai shocking pink. Pokoknya
pink. Kemudian semakin jauh menganalisa bahwa banyak bagian dari perjalanan
saya, lurus lurus saja, pada track yang seharusnya dan seperti yang di
harapkan/direncanakan. Model menjalani hidup yang menina bobokan dan memanja
seseorang pada ruang nyaman dan peraduan yang hangat. Lalu perlahan mematikan
kepekaannya melihat banyak hal di dunia. Pada warna warna lainnya yang
sebenarnya begitu hebat yang menyebabkan kehidupan ini berputar seperti roda.
Ouch..lebih harus membuka mata dan mendengarkan sepertinya.
Begitulah, karena kapasitas menyerap ilmu saya ini cukup terbatas, sehingga hanya sedikit
pelajaran yang bisa saya tangkap dan saya mengerti. Jadilah seperti ini saja
yang mampu saya ungkapkan di tulisan, dari apa yang saya pahami dari kuliah
hidup- singkat di pinggir kota itu.
Malam semakin larut, mendung juga
ikut ikutan menutupi cantiknya bulan malam itu. Kantuk menyerang tak
tertahankan, dan pula sudah waktunya harus pulang.
Mari pulang, sudah malam.
Terimakasih :)
Mari beristirahat.
(maap, beberapa hari ini tulisannya berat melulu. Hihihi)
sunday @ mall
klo tulisannya berat, ditaruh dl mbakyu :P
BalasHapusEhehehe..sudah tertular virus menulis rupanya..hihihi
Hapus