Jumat, 17 Januari 2014

from dreams to wishes

Tahun ini ada sebuah event internasional yang baru aku tahu selain IFFINA dan TEI. Maka dengan yakin sekali, saya menyatakan event ini ada dalam list harapan saya tahun ini dan beberapa tahun lalu. Harapan atau ekspektasi yang suatu saat terwujudkan atau juga saya bisa berusaha mewujudkannya, paling tidak sekali dalam perjalanan karir saya. Sehingga setidaknya saya ada cerita yang akan saya bagikan ke Bapak Ibu. Cerita yang semoga saja bisa membuat mereka bangga. 

Entahlah.

Atau ekspektasi saya saja yang terlalu tinggi pada mimpi ini, 

atau 

saya salah memprediksi bentuk kebanggaan yang di pahami oleh Bapak Ibu saya.

Saya memimpikan ada di sana.  


So, one of my dreams is being here.. being in the middle of the crowd like this one. Standing, greeting and wearing outfits like a pro, smiling and showing my ability in explaining a product and sell them in huge quantity and containers. to challenge my self maximizing efforts to reach my own top.





Sudahlah. Saya kuatkan dalam hati, saya tidak akan mengasihani diri dengan terus terusan termehek mehek dan protes tidak terima pada suatu keadaan yang menjauhkan saya dari mimpi saya. Saya percaya ada jalan lain untuk merealisasikan salah satu mimpi ini. Apabila di kondisi sekarang sangat tidak mungkin untuk berada di tengah tengah mimpi, maupun perjalanan yang searah dengan mimpi. Maka tidak ada pilihan lain selain memperjuangkannya lagi di kesempatan selanjutnya, mungkin di tempat lain, namun dengan hilir mimpi yang sama. Bismillah.



sedang memikirkan kembali mimpi 
dan usaha merealisasikannya





_sudut mall pinggir kota Solo_



Selasa, 14 Januari 2014

morning craziness @ office

Aiiih.. ternyata hampir 2 tahun saya bercokol di tempat kerja pertama saya ini. Jadi ingat awal awal saya bekerja dulu, begitu bangga plus lagi semangat semangatnya. Awal ngantor dulu saya punya kebiasaan memulai aktivitas pagi dengan kegiatan penuh kenarsisan yang tak terkira dan cenderung bikin orang lain mual mual: selfie pakai kamera laptop kantor. Jihahaha... Nggak kalah dengan Om Obama yang ternyata hobby selfie, saya pun sebagai anak muda yang atraktif dan sedikit overaktif pun menyukai selfie, sebagai media mengukur tingkat perubahan keimutan dari hari ke hari. Hyahahahaha.. apaan sih.


 Sesuatu yang saya sebut sebagai Morning Craziness ini mengungkap bakat narsisong saya yang begitu meluap luap. Maka dengan berbagai dengan ekspresi sok imut dan manyun manyun ngga jelas, saya nampang di depan kamera laptop, mengaktifkan kamera di aplikasi Picasa daaann.. capture! capture! capture! Entah berapa ratusan gambar gambar tak senonoh berhasil di ambil. Huehehehe.



Dan beginilah hasilnya, sodara sodara.. saya mengekspos sendiri jiwa narsisong yang selama ini begitu ingin aku tutup tutupi bersama top secret bahwa saya ini sebenarnya adalah Sailormoon. :P 


*oke.. siapkan ember bila sewaktu waktu di perlukan. FYI, saya sudah dua ember nih. Hehehe



























Sudaaaah.. jangan lama lama dilihat, nanti malam bisa dapet mimpi buruk lho... wkwkwkwk...


Good day, fellas >.<






_boringnya tanggal merah di outlet_

Minggu, 12 Januari 2014

learning the colors of life

Dear Dearly you,


Biarkan saya bercerita tanpa pakem awalan dan akhiran sebuah tulisan. Maka seperti inilah yang memenuhi otak saya, dan saya tuangkan begitu saja di blog.


Tempat itu adalah sebuah sudut kota yang ramai dengan penjual makanan malam. Warung warung sederhana dengan makanan sederhana dan desain sederhana,  karena sebenarnya yang mereka jual adalah ruang bicara. Mereka menjual area bercerita, berbagi, dan bersosialisasi . Ruang bicara beralas tikar yang di fasilitasi dengan bergelas gelas teh panas, dan kudapan murah meriah.





Orang orang di sana banyak bicara, termasuk saya. Entah apa yang dibicarakan orang orang lain. Entah apa juga yang sedang saya bicarakan. Pembicaraan ini tanpa draft yang terencana, tapi di batasi oleh waktu. Jam pulang malam. Hebat bukan? :D


Maka ruang bicara melompat lompat dari satu tema ke tema lainya, tidak mengalir seperti air sungai menuju ke muara laut. Setiap tema ada ilmu yang tersirat dan ada kalanya bisa saya simpan untuk rencananya saya tulis. Mengingat kinerja memori otak saya terbatas, maka hanya beberapa bagian saja yang bisa saya tulis ulang di sini. Ouch, maafkan.


Yang paling saya garis bawahi, dan saya niatkan untuk saya tuangkan di blog adalah  pernyataan yang saya susun sendiri, seperti ini: bahwa hidup tidak hanya warna pink saja. Karena nyamannya dengan pink (maaf.. sampelnya ambil warna pink :P ), maka orang sering lupa bahwa ada warna lainnya dalam semesta ini: hitam, abu abu, biru, tosca, maroon, jingga, oranye, coklat, hijau, dan semua warna dalam spectrum warna yang pernah diterjemahkan oleh para ilmuwan.


Saya mencoba menilai sendiri warna hidup apa yang saya jalani sejauh ini. Sepertinya sih warna warna permen manis. Dominasi pink. Tergradasi dari soft pink sampai shocking pink. Pokoknya pink. Kemudian semakin jauh menganalisa bahwa banyak bagian dari perjalanan saya, lurus lurus saja, pada track yang seharusnya dan seperti yang di harapkan/direncanakan. Model menjalani hidup yang menina bobokan dan memanja seseorang pada ruang nyaman dan peraduan yang hangat. Lalu perlahan mematikan kepekaannya melihat banyak hal di dunia. Pada warna warna lainnya yang sebenarnya begitu hebat yang menyebabkan kehidupan ini berputar seperti roda. Ouch..lebih harus membuka mata dan mendengarkan sepertinya.


Begitulah,  karena kapasitas menyerap ilmu saya  ini  cukup terbatas, sehingga hanya sedikit pelajaran yang bisa saya tangkap dan saya mengerti. Jadilah seperti ini saja yang mampu saya ungkapkan di tulisan, dari apa yang saya pahami dari kuliah hidup- singkat di pinggir kota itu.


Malam semakin larut, mendung juga ikut ikutan menutupi cantiknya bulan malam itu. Kantuk menyerang tak tertahankan, dan pula sudah waktunya harus pulang.


Mari pulang, sudah malam.


Terimakasih :)


Mari beristirahat.







(maap, beberapa hari ini tulisannya berat melulu. Hihihi)


sunday @ mall