Senin, 30 Maret 2020

Cerita Mama tentang verbal bullying


Dulu waktu sekolah dasar dan awal sekolah menengah saya mengalami bullying verbal. Hanya karena waktu itu saya lebih unggul secara akademik, beberapa anak itu menyerang fisik saya yang notabene lebih kecil dari rata rata anak lain. Masih terngiang kata kata itu kuntet, cebol, bahkan out of my mind, inul. Entah dari mana nama itu bermunculan. Seperti mereka senang bila saya marah, atau kesal dipanggil seperti itu.

Saya tidak pernah tidak percaya diri dengan tinggi badan. Saat dewasa, tinggi badan saya tidak menghalangi kerjaan saya yang bahkan sering bertemu orang asing yang tingginya jauh di atas saya.  Kecil saya masih wajar, namun kata kata di masa kecil itu mengecilkan hati saya. Saya merasa orang lain tidak suka ketika saya pintar dan berprestasi. Rasa tidak percaya diri sering muncul. Ekspresi muka dan wajah mereka saat itu, sy ingat betul, seolah ingin saya menangis karena ejekan mereka. Mungkin dianggap, ah biasalah anak anak, tapi faktanya, sekarang, 20 tahunan setelah masa itu, memori sedih itu tidak pernah hilang. 

Saya sendiri bukan tipikal anak yang suka ribut atau cari gara gara. Saya pecinta ketenangan, damai dan malas memperpanjang masalah. Mereka begitu, saya hanya menunjukkan muka tidak suka, sejauh saya ingat hanya membalas dengan melempar tipex saking kesalnya saya.

Yg sering mengatakan hal hal itu malah anak anak cowok loh. Anak cewek jarang sekali mengganggu saya. Saya berteman dengan semua anak cewek, tidak bikin geng geng atau squad apalah. Saya malah tak habis pikir kenapa anak anak cowok itu suka mengolok olok fisik saya.

Sekarang saya punya anak cowok, dan insya Allah mau punya adik bayi cowok juga. Saya menanamkan pada mereka untuk menghargai fisik tiap tiap orang. Saya melarang memanggil dengan panggilan yg menyangkut fisik, mbak gendut, om pendek, dsb. Biarpun mungkin sudah biasa di lingkungan, tapi kita tidak tahu kedalaman hati seseorang. Bagaimana mereka struggle, biasa aja atau sakit hati.

Setiap orang punya nama, dan nama adalah pemberian, doa dari orang tua, panggilah namanya. Bukan representasi fisiknya. Belajarlah menghargai tiap orang the way he/she is karena pasti kita juga akan dihargai. Verbal bullying bukan hal sepele. Saya sendiri mengalaminya. Saya berharap anak anak saya menjadi pribadi yang lebih baik dalam pergaulannya dan menghadapi berbagai macam orang dengan sikap yang bijak.


Senin, 06 Oktober 2014

kerja bakti gugur gunung

This is my story of my weekend as the newlyweds, The Efendis. Ehehehe. Semenjak resmi menjadi Ibu Efendi beberapa bulan lalu, saya kini memiliki dua kewarganegaraan (ecieeh). Yang pertama, sebagai masih terdaftar sebagai warga Pepe, Langenharjo, Grogol, Sukoharjo. Dan yang ke dua, secara de facto, menjadi anak mantu Bapak Taufan yang sedang training dan  menjadi warga negara Jerukan, Dukuh, Bayat, Klaten. Tentu saja,secara legal boleh nginep dan berduaan dengan anaknya Pak Taufan, yaitu Mr.Taufik Efendi, yang tak lain dan tak bukan adalah suami saya yang GGS (ganteng ganteng semrepet) :P


Yes, setiap weekend, newlyweds ini bergantian tidur di dua negara berbeda budaya ini (halah). Kadang kita menghabiskan akhir pekan di Langenharjo yang deket banget dengan kota mandiri yang banyak mall, hiburan, rumah makan dan ruko ruko. Dan bergantian, kita menghabiskan waktu di Bayat yang deket gunung, ladang jagung, kebun jati (ouch!). Selebihnya, kita melarikan diri berdua ke Jogja..( muahahaha). But afterall, ini menyeimbangkan kepadatan kerja selama hari hari aktif kerja.


Weekend ini saya menghabiskan waktu di rumah mertua di Klaten, tepatnya Klaten di bagian ujung selatan, Bayat. Tenang aja brooo..  kampung halaman suami saya nih masih terdeteksi oleh Google Map koq.. meskipun yang kelihatan cuman ijoo semua. Selain itu listrik udah masuk koq,apalagi sinyal GSM, meskipun juga Cuma undlap undlup sih.. hehehe.


30 menit ke selatan dari Klaten kota, mendaki gunung dan lewati lembah, Anda akan menemukan sebuah kecamatan di Klaten bernama Bayat. Orang orang generasi  Bapak dan orang orang sekitar Jawa Tengah mengenal Bayat sebagai wilayah kebudayaan tua Klaten yang terletak di balik pegunungan pegunungan kecil dan rawa. Dan disini Anda akan menemukan banyak hal mengagumkan mengenai warga dan budaya di Bayat.  Dawet Bayat, para pembatik tulis Bayat, Batik Warna Alam, Keramik, Angkringan, Para Perantau dan Palajar Bayat, Makam Ki Pandanaran, dan banyak hal lainnya yang mengagumkan dari sana, mungkin next post saya bahas satu per satu deh.


Di Bayat, tradisi tradisi masyarakat Jawa serta kegotong royongan masyarakatnya masih berlaku kuat di sini. Rewangan, tarub, “lek-lek’an” (menghabiskan malam di tempat orang punya kerja),sepasaran, kerjabakti bangun rumah, sadranan (syukuran sebelum bulan puasa), dan beberapa lainnya yang udah banyak berkurang di lingkungan rumah saya yang mulai tergerus budaya “kota”. Semua hal disederhanakan dengan uang: catering, bayar tukang untuk kerja,sewa jasa dekor, kerja bakti gugur gunung seperti hal yang merepotkan dan g efektif.


For me, kembali berada di lingkungan seperti di rumah Bayat ini berasa kembali ke masa kecil, excitednya menghabiskan akhir pekan di rumah simbah yang kurang lebih sama suasana tradisi masyarakatnya. Kebersamaan, partisipasi,kerja bareng bareng , makan bareng bareng. Wasn’t it fun??
Minggu kemarin, untuk pertama kalinya saya ikut bergabung ke acara kerja bakti desa Jerukan membuat Jalan beton. Enggak banyak sih yang saya lakukan, Cuma haha hihi, dengerin ibu ibu yang masak ngerumpi, bantu potong potong dikit, poto poto, sama menikmati suasana ramer rame kerja bakti yang mulai langka di rumah pepe. Dan ini beberapa hasil jepretan saya (fotografer belum mandi apakah mempengaruhi hasil foto yaa? Ahiihihiihi)




Bersama Ibu ibu kita masak snack buat para pemuda dan bapak bapak yang tengah bekerja mengecor jalan. Ini ceritanya kita bikin singkong manis rebus sama lentho.. apa itu lentho?? liat aja ntaaarrr... 


Ini Ibunya Ipan dan Mbah... Duh lupa namanya. I am really bad at remembering names. Hadeew.



Kita bikin adonan dulu,singkongnya di parut di campur parutan kelapa. 



Nooh.. singkongnya mantap kaan.. putih mulus kayak kaki JKT 48 *apaseeehh*  btw, yang kelihatan tangannya doang itu, ibu mertua saya.. ehehe.



sumpah.. Ibu ini pas ngulek kelihatan cantik bener, semacam auranya keluar gituh. 



Memfotonya dari jauh, enggak berani deket deket Bapak bapak dan pemuda yang lagi on fire kerja bakti. 


Gerobak ini digunakan untuk mengangkut adonan beton untuk bikin jalannya. Suami saya mana sih..?? *panik*


Ya, jadi Bapak bapak dan pemuda harapan bangsa ini bagi bagi tugas, ada yang ngratain adonan, ada yang bikin adonan beton, ada yang bagian angkut angkut pakai gerobak, *jangan jangan suami saya jadi mandor??*



Ini sandal siapa tiba tiba nyempil di sini??



Kalau ini adonan lentho nya udah hampir jadi, udah di campur kedele hasil panen raya Ibu Suminah dan Bapak Taufan. Ahihihi,



Embah marutnya keren deh.. :D *love it*




Pemuda makin beringas setelah di recharge dengan singkong rebus manis masakan buibu. Tenang brooh.. sop kambing hasil kurban segera mataaang.. semangadd!!



Ayo Pakdhee.. sing semangatt.. eh.. itu bisep trisepnya bagus amat. fitness dimana Pakdhe..?? 



Gantiaan gantiaan... g usah rebutan gerobak aah.. :P


Niih.. ini prototype lentho sebelum finishing touch. *halaahh*



 
Sreeeng.. sreeeng.. Lentho-nya di masak anget angeet..



 
Yiiihaaa... This is it.. Letho ala Ibu Ibu Jerukan. Tuuh kan.. dari wujudnya aja udah menggoda imaan.. hayook monggo di serbu Bapak Bapak..



Istirahat dulu, Pakdhe.. monggo rolasan sareng rencang rencang. Pengecoran masih 50%.




dan kemudian kerja di lanjutkan sampai selesai sekitar tengah hari.. what a day :)



walaaah... malah pada maen di kebonan.. hayoo pada ngapain ituuuhh :P


Hahaha, dan inilah penampakan my GGS husband setelah berpartisipasi dalam kerja bakti hari minggu ini. Pulang ke rumah badan bau keringet, bau matahari, penuh debu dan semen dimana mana. Hadeeww, tapi kamu tetep ganteng koq mas.. hehehehe. Buruan mandiiiiiiiiiii!!!! 

dan...  istirahat yuuk.. what a tiring day. 






Sending love, from Jerukan Village
yang akan selalu membuatmu rindu untuk pulang


_pinkofficedinar_


Jumat, 03 Oktober 2014

Berniat Diet (untuk kesekian kalinya)

Oh Gosh! Oh Haii :D
Posting posting yuukk.. lama indak tulis menulis di blog nih.. hehe.

Saya lagi berniat memulai diet lagi ini nih dan ini untuk kesekian kalinya. Ehehehe. Biasalaaah.. Dinar mah sukanya anget anget tai ayam (no! bukan berarti aku hobi culek culek tai ayam yang masih anget yaa). and let me start my story with the flash back... ciuuuungggggg.... *time machine sound*

Semua ini bermula, gara gara kemarin saya bertugas di kantor Daleman dan iseng iseng nimbang berat badan pake timbangan yang ada di kantor Daleman. Dan.. sperti kesambar gledeg di siang hari yang super hot. Berapa sodara sodara???? Jarum di timbangan dengan liciknya mennunjukkan angka 53. Lima puluh tiga, Sodara sodara.. beneeraaan.. nih aku capslock biar mantap.. LIMA PULUH TIGA KILOGRAM!! Emaaaaakkkkkkk... udah setengah kwintal lebih.. udah beneran kayak karung beras ini.

"Mbak, ini timbangannya masih standard nggak?" tanyaku, berharap kesalahan terletak pada timbangannya, bukan pada saya.
"Enggaklah, orang masih baru" jawab Mbak Kris sambil ketawa.
Sial, berarti bener nih hasilnyaaa... huaaaa..  dan dunia semakin terasa berat bagiku untuk melangkah *lebay ah*

Okay, mungkin untuk sebagian orang angka 53 masih aman dan normal, dan ideal. Tapi untuk makhluk bunder imut dan ipel ipel seperti saya ini pertambahan berat badan akan sangat terlihat dan sangat berefek. Saya kan pernah baca tuh di beberapa artikel kesehatan/kebugaran, berat badan ideal seseorang di hitung dengan rumus berikut:

Tinggi Badan-110= Berat Badan ideal. 

Sekarang kita hitung nan imut dengan tinggi satu setengah meter ini T.T

150 - 110 cm = 40 cm 


So, berat badan ideal dianjurkan sekitar 40an kilogram, dan sedangkan sekarang 53 kiloss?? Tidaaakkk... bisa itung sendirikan berapa kelebihannya, dan kelebihannya ini nangkring dengan bangganya di perut di paha, di lengan, dan di pipi. Dan entahlah, kelebihannya yang berkibar kibar ini berupa daging atau lemak.


Sepanjang kuliah dan awal bekerja dulu berat badan selalu statis di 46 kilogram, dan saat itu saya merasa paling fit, paling enteng dan paling sexy.. ahahaha :D saat itu masih banyak aktifitas yang membutuhkan banyak gerak, olahraga masih kenceng (renang, skate), dan kegiatan kampus dan kerja sambilan sampe malem dan terus berlangsung sampe awal bekerja dan menyenangkannya tidak pernah membatasi makan.

Penampakan April 2012


Kapan lagi bisa segini, perasaan naik terus, enggak pernah turun, susaaah bener nuruninnyaa. Huaaa T.T


and now.. penampakan Juli 2014, siapkan penglihatan Anda, jangan sampai terpukau atau malah pingsan berkepanjangan.


Yaah.. kalaupun ini terlihat tidak gemuk, itu hanyalah tipuan kamera -.-  Aslinya..:'(


  
Emang siih beberapa waktu ini memang pola makan dan apa yang dimakan enggak terkontrol. Ditambah lagi dengan aktivitas fisik yang berkurang sangat banyak (kerjaan cuma duduk, dan ketik ketik, jarang olahraga, dan kegiatan luar banyak berkurang), jadilah semakin dan semakin tidak tertib makan dan malah semakin berat untuk diajak bergerak lagi. Dan yang semakin membuat desperate adalah baju baju yang semakin enggak nyaman pas dipakai. Sesaaak brooohh.. T.T


So, meskipun ini untuk kesekian kalinya mencanangkan diet, yang lebih mengatur pola makan, mengatur jadwal olahraga lagi, dan kesekian kalinya di ketawain gara gara bertambah bunder terus. No problem for me. Tunggu saja.. saya akan kembali seksiiih.. *wish* dan kekar *wow*

Siapkan sepatu running, sepatu roda, sepeda, kotak makan isi buah. Yeaaah..
dan ini awalan kita untuk hari ini.. >.< 




=malah terlihat kayak jualan tup**ware=
hahahaha

Selasa, 03 Juni 2014

rindu di atas kereta

Di atas kereta ini, pada malam itu, sewaktu perjalananku kembali ke rumah yang hangat, aku merindukanmu. Rindu yang menyesakkan dada, hingga aku harus kembali belajar untuk menata napas satu satu. 

Apa kau tau, aku ingin duduk disini bersamamu. Aku ingin menceritakan semua cerita yang masih berhasil aku ingat ingat, dan sedikit berharap kau tertawa mendengarnya. Aku pun ingin mendengar ceritamu, tentang dunia dunia yang hanya aku lihat dari jauh, tentang cerita misteri, dan lelucon yang kadang kadang mengejutkkan. Lalu kau menggodaku dengan lelucon yang berulang ulang, tetapi tetap menyegarkan. 

Kemudian aku tersadar, nyatanya aku duduk sendiri di bangku kulit sintetis ini dan memandangi jendela keluar. Di luar malam yang gelap, sawah sawah dan desa desa sepanjang rel tidak terlihat, karena silaunya lampu gerbong ini. Dan pantulan diriku saya yang tergambar jelas di jendela, sebuah wajah menyerah pasrah. Denting piano mengawali lagu mengalunn di telingaku lewat earphone ipod yang mulai kehabisan baterai. Dan sebuah lagu John Legend menguasai pendengaranku.


'Cause all of me loves all of you
Loves your curves and all your edges
All your perfect imperfections
Give your all to me, 
All give my all to you
You're my end and my beginning
even when I lose I am winning

Cause i give you all of me
and you give me all of you

Sepertinya aku tidak kuasa membendungnya, menahannya. Air mata hangat ini mengalir perlahan, saya seperti berada di dimensi lain, seakan berada di luar gerbong itu. Saya seperti berada di sebuah pinggir pantai berbatu, di sebuah semenanjung buatan, dan angin minggu pagi yang hangat. Tapi aku sendiri, menahan dada yang terasa sesak.




aku merindukanmu.






Minggu, 25 Mei 2014

bangga untukmu, dear

Dalam beberapa tahun sepanjang perjalanan saya, saya pernah berprofesi sebagai guru les part timer. Suatu pengalaman mengajar yang menyenangkan, naik turun, dan penuh cerita. Saya menemani murid lesku yang rata rata murid SMP belajar Bahasa Inggris dan Matematika di rumahnya. Dengan bayaran 15ribu - 40ribu setiap kali datang, saya menikmati pekerjaan paruh waktu itu sebagai usaha cari tambahan uang saku waktu kuliah. Haha.

Murid pertama saya bernama Bintang, siswa kelas 3 SD Al Azhar Syifa Budi Solo, mungkin saat ini dia sudah SMA. Kemudian disusul murid lainnya yaitu Chacha, Tita, Lintang, Tina, Vania, Wahid, Ayu, Farda, Aziza, Dawinta, Dian dan Arisa. Setiap murid dan keluarganya mempunyai karakter unik tersendiri dan selalu menyisakan cerita baik tentang akademisnya maupun kedekatan mereka secara personal. Salah satu murid saya yang menyenangkan dan memiliki kedekatan dengan saya sampai sekarang adalah Lintang Tunjung Sekar, atau lebih akrab dipanggil Dik Lintang. 

Dik Lintang, gadis manis penyuka anime ini, membuat pengalaman ngelesi bersamanya selalu menyenangkan karena dia selalu nurut dengan instruksi belajar yang saya berikan dan suka menceritakan kehidupan SMP nya dan minatnya pada anime. Saya pun nggak kalah cerewetnya menceritakan kehidupan dan kegiatan organisasi dan komunitas kampus di sela sesi les kita, setidaknya  dulu saya ada harapan dia terinspirasi atau terpacu belajarnya dari apa yang saya ceritakan.

Tiga tahun lalu saya menemani Dik Lintang belajar mempersiapkan UAN SMP khususnya Bahasa Inggris selama setahun. Saya masih ingat betul suasana belajar di ruang tamu rumahnya, Saya masih hapal jalanan menuju rumah yang bercat putih, dengan pagar besi hijau, banyak pepohonan rindang dan lokasi rumahnya di sekitar belakang Terminal Tirtonadi. Saya masih ingat betul ibunya yang ramah dan adek yang gendut dan lucu. Dan lagi, snack yang sudah siap tersaji bersama segelas teh hangat setiap kali datang. Belajar bersama Dik Lintang di rumahnya selalu tanpa meja, jadi kita selalu ndlosoran dan sering aku yang terkantuk kantuk karenanya. Hahaha

Satu tahun berlalu, dan kita mengakhiri periode les itu. Dek Lintang lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Saya melanjutkan kesibukan kuliah dan les di tempat lainnya dan Dik Lintang melanjutkan studynya ke tingkat selanjutnya. Meski tidak bertatap muka lagi, sampai sekarang saya dan Dek Lintang masih sering berkomunikasi lewat jejaring sosial dan melihat perjalanan studynya lewat foto foto yang dia unggah.

Dulu dia agak pesimis mengenai nilai dan sekolah yang ia akan tuju. Tapi kemudian dia mengabarkan bahwa dia masuk SMK 2 Surakarta (Salah satu sekolah kejuruan terfavorit di Solo) dengan jurusan Teknik Audio Visual. Wiiih, mantaap.. rasanya saya ikut meluap lupa mendengar kabar gembira itu. Selain itu dari foto foto yang ia unggah di jejaring sosial, saya tahu bahwa dia sangat menikmati masa sekolahnya bersama teman temannya, dan aktif dalam kegiatan sekolah. Inilah perasaan bangga dan bahagia saya manjadi bagian sejarah perjalanan studynya Dik Lintang, meskipun cuma menjadi guru les, dan temen bercerita selama les :).


Dan kemarin adalah kelulusan SMA SMK se Indonesia, dan Dik Lintang mengunggah foto kelulusan dan wisuda SMK nya. Perasaan bangga masih memenuhi diri saya bahwa, murid saya inipun berhasil melalui masa SMKnya dengan sukses dan gembira. Sekarang dia siap menghadapi gerbang perkuliahan, dan selalu, saya mendoakan yang terbaik untuknya, dalam perjalanannya beribadah menuntut ilmu dan meraih cita cita.



Good Luck selalu, Dek Lintang.. 
i am so proud of being part of journey :)






sunday @pink office

nengokin kebun buah

Haloo.. hehe maap late post untuk postingan kali ini. Well, sepertinya sayang juga sih kalo g mengabadikan cerita petualangan kecil saya beberapa minggu yang lalu lewat tulisan di blog. Kali aja ada yang terinspirasi buat cari tempat liburan, dan sekalian mempromosikan wisata Jogja. hehehe.


Here we go, 


Beberapa waktu lalu, saya terserang kebosanan tingkat dewa. Bosan tentang kerjaan yang enggak membuat saya banyak bergerak dan berpikir. Malah jadi gampang stressful dan ngedrop. Dari situ saya meniatkan diri untuk segera refreshing dan mengajukan permohonan pindah kantor saking g kuatnya. 


Eeh.. malah ngedrop lagi sebelum mengajukan pindah kantor dan refereshiing. Dalam 6 minggu saya ngedrop 3 kali, praktis dalam 2 minggu sekali saya ngedrop. Ngedrop disini tuh panas, dingin, pusing, batuk, lemes dan sebangsanya saking dinginnya area kerja saya ini. Imunitas saya jadi bener bener KO. Setelah mengunjungi Pak Dokter, saya didiagnosa kena ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Parah?? No. Hanya imunitas jadi lemah karena cuaca ekstrem dan pernapasan dan alergi alergi yang mengganggu, di tambah adanya efek hujan abu erupsi Gunung Kelud. Komplit sudah.. :(


Suatu pagi di hari Jumat, saya buka FB (seperti biasanya) dan masih kondisi marahan sama Captain, karena enggak ditegokin pas sakit kmren. Huh! Kadang enggak ngerti what's in his mind, kan saya bukan pembaca pikiran, makanya sharing doong. Pada Home Facebook saya lihat ada postingan foto temen fotografer, sebuah tempat yang keren banget dan hijau di Jogja. Tanpa ragu lagi, saya langsung memutuskan, itu destinasi saya touring akhir pekan ini. Yeaaahh, back to nature. 


Untuk merealisasikan surprising plan ini, saya tidak memberitahu Captain destinasi saya, cukup menginfokan bahwa kita berangkat pagi dan siapkan armada roda dua (biar romantis *halah). Setelah sedikit nanya nanya dan googling acak, saya packing kecil kecilan, charging batre hape, kamera, dan ipod sampe penuh, dan meluncur ke stasiun Purwosari menuju Jogja, berkereta lagi... oh I love it :)


Yep, kereta lokal, Jogja Solo pagi itu, Sriwedari Express. Cukup bayar 20.000, saya mendapatkan pelayanan kereta yang sesuai ekspektasi saya, longgar, bersih, rapi dan adem. Quick look inside the train. 





 Walaupun cuma 1 jam berjalanan, saya menikmati perjalanan berkereta api pagi itu. Hawa segar, dan pemandangan sawah yang hijau di kanan kiri rel kereta api, serta music yang mengalun lewat earphone, seperti sebuah kombinasi pagi yang sempurna. aseeekk. Lihat saja, sinar matahari pagi yang hangat lewat jendela jendela kereta. Amazing. 







Ini nih bagian paling susah: ngebangunin Captain. Setelah usaha menelepon beberapa kali, akhirnya makhluk ganteng (kalau abis mandi) ini bangun juga dan buru buru bersiap jemput makhluk cantik yang sudah mandi (tentu saja itu saya :P). Sambil menunggu Captain jemput, saya menghampiri warung 24 jam depan stasiun Lempuyangan Jogja. Sarapan pagi dulu, mie rebus dan telor di depan stasiun Lempuyangan di tengah suasana stasiun yang khas, porter, supir taksi, mahasiswa yang pulang mudik, keluarga kecil yang mau jalan jalan, tukang becak yang sarapan bareng, dan dialek khas Jogja menyenangkan. 


Setengah jam kemudian, Captain dateng dengan Vario Tech yang juga ganteng (*halah apaan sih). Wajah bersih (abis mandi sih) tapi masih ngantuk itu ngirit senyum, padahal sayanya cengengesan nggak jelas. Maklum, udah beberapa minggu  nggak ketemu, kangen ceritanya. Ok, skip bagian romantis romatisannya nya. Kita langsung meluncur ke destinasi, saat itu baru saya deklarasikan dengan pede ke Captain, pagi itu kita akan jalan jalan ke Kebun Buah Mangunan, Manding, Bantul, Jogja. (*kepedean). 


Kita menikmati perjalanan pagi itu, traffic longgar dan cuaca sedikit mendung. Kita ambil jalur jalan Parang Tritis, dan kita terus melaju ke selatan, ke arah Bantul. 30 menit lebih berlalu, Captain mulai curiga aja. 
" Bener nih, kebun buahnya di Manding?" tanyanya. 
"Iya, kemaren udah aku googling koq" jawab saya. Tiba tiba ragu trus googling lagi di smartphone. Lamaaaa banget loadingnya. 
Sambil berkendara pelan pelan, kita telah melewati daerah Manding dan tidak menemukan tanda tanda adanya kebun buah. Cling, berakhir juga loadingnya dan saya baca perlahan lahan dengan innocent nya " Kebun Buah Mangunan, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta" 

Haaaaahh??!!" 
Seketika, Captain menghentikan laju motornya, dan menepi, mengambil smartphone (yang lebih keren) di kantongnya  dan googling. Sial. Loading smartphone dia super cepat. 
"Sayang, tau nggak Dlingo itu mana?" tanyanya dengan muka kesel. 
"G tau, maap, salah baca info.. aku pikir di Manding" masih muka memelas. 
Ingat, salah baca info di website bisa berakibat fatal saat berwisata. 

"Dlingo itu kecamatan paling ujung di Bantul, udah perbukitan, sebaliknya bukit udah pantai tuh, beda kecamatan (Gunung Kidul/Kulon Progo--lupa ah). Dan kita melaju jauh di arah yang salah. Koq bisa sih Dlingo jadi Manding, hadeeewh"
"Huks.. maap.. jadi gimana dong"
"Kesiangan nggak klo kita ke sana? butuh 1,5 jam sampe sana. Dan semoga sih g hujan, apa ganti destinasi aja?"
Dan negosiasi antara jadi berangkat ato enggak pun berlanjut dan berakhir dengan saya ngambek. :P

Captain g tega kali melihat saya yang kecewa berat, dan diem dieman. Akhirnya Captain puter arah dan kembali ke jalur jalan utama. Aku pikir kita akan kembali ke Jogja kota. Ternyata Captain mengarahkan motornya menuju ke Imogiri, Bantul dan lanjut ke Dlingo. Kita sama sama mencari Taman Buah Mangunan. ;)

1,5 jam perjalanan ke selatan, kita melewati desa desa pinggir jalan, pasar tradisional, dan sekolah sekolah negeri. Kita mengikuti petunjuk jalan menuju ke Imogiri, dan Dlingo. Ketika jalanan mulai menanjak dan mengarah ke perbukitan, nah, kita baru yakin nih kita menuju ke jalan yang benar (tiada lagi tersesat). Hawa terasa lebih segar karena banyak pepohonan dan hutan hutan kecil di kiri kanan jalan. Melewati Kompleks Makam Raja di Imogiri, Melewati Kelurahan Mangunan, menanjak dikit, dan sampailah kita di Kebun Buah Mangunan di atas bukit.  

Dengan tiket IDR 5000 kita bisa masuk ke tempat wisata ini. Komentar pertama ketika memasuki area wisata: Sejuk, segar dan tenang, di tambah dengan suara suara kicau burung yang menenangkan. Komentar kedua: mana buahnya nih??? Whaduuh. Ternyata saat kita di sana memang bukan musim panen buah, jadi yang terlihat berbuah hanya pohon pohon rambutan dengan buah merahnya yang menggantung. Selebihnya tidak ada, hanya rerimbunan pohon saja. Harapan kita terakhir adalah gardu pandang. Spot paling asik untuk menikmati pemandangan alam yang luar biasa dari puncak bukit. Yes.... dan inilah.. Gardu Pandang Kebun Buah Mangunan. 



Dari gardu pandang inilah kita bisa membebaskan pandangan kita, 





Okeeeeh,, foto foto dulu deh sama yang hijau hijau.. 





Mengamati alam dari Gardu Pandang. Subhanallah, beautiful bingiiiitt... hehe



Saya lupa ternyata hari itu hari minggu, jadi banyak anak muda yang berpikiran sama seperti kita untuk refreshing di sana. Haiiih, aku pikir tempatnya bakalan eksklusip karena belum banyak pengunjung. Ternyata cukup rame juga. 

muka bete dan masih ngantuk karena di paksa melayani napsu berpetualang di hari minggu saya.. wkwkwkwk


Nah tuh.. kalo gini kan ganteng (meskipun efek abis mandinya sudah banyak berkurang).. hehe




ending postinganya di tutup dengan foto sok sokan dramatis. Hahaha. 

Yeep, begitulah sepenggal cerita petualangan kecil saya sama Captain ke Kebun Buah Mangunan. Meskipun tempat wisata ini belum secara maksimal dikembangkan, tetapi ini salah satu wisata di jogja yang sangat recomended untuk merefreshkan diri, membebaskan mata ke pemandangan, dan menikmati tenangnya alam. 
So pack your bag, siapkan bekal, let get another adventure. yeaaayy!! :D

senyum saya

Meskipun sekarang ini, saya dikenal sebagai cewek imut yang suka cengengesan dan senyam senyum nggak jelas, hehe. Dulu saya tidak terlalu suka dengan senyum saya lho, lebih tepatnya tidak suka dengan senyum lebar saya. Kenapa demikian? Hmm... Hal itu dikarenakan saya tidak merasa cantik dengan seyum saya....tapi itu dulu sih. Okay, let me share my story :)

Well, frankly speaking, semua wanita ingin terlihat cantik dan sempurna. Hanya saja... kadang wanita gampang terpengaruh standarisasi cantik seperti di iklan iklan tipi yang lalu jadi semacam doktrin bahwa cantik itu persyaratannya ini, ini, ini, dan itu. Tubuh semampai, rambut indah tergerai, kulit putih, wajah lonjong cantik ala korea, dan senyum menawan dengan deretan gigi yang rapih. Nah, this story is all about. 

Dulu saya berpendapat bahwa my smile is a bit weird. Weird karena deretan gigi yang enggak mau berbaris dengan rapi ditambah dengan gigi taring yang suka terlalu mengeksposkan diri alias gingsul. Hehehe. Dulu pernah sih beberapa tahun lalu, merencanakan untuk mengenakan brace untuk merapikan susunan gigi yang sebenernya emang ada genetis keluarga dengan rahang sempit dan gigi yang penuh. Yes, kakakku mengalami kendala yang sama mengenai susunan giginya, mungkin lebih berantakan lagi, dan sampai saat ini dia masih mengenakan brace sejak 3 tahunan lalu. 

Sebenarnya saya tidak mengalami kendala yang berarti dengan susunan gigi ini yang berkaitan dengan pencernaan mekanik. Hanya saja memang waktu itu percaya diri saya belum ter boosted, dan kekhawatiran berlebihan tentang pandangan orang lain tentang look an performance.

Selain masalah pergigian dan percaya diri, saya juga berpendapat bhawa senyum lebar saya ini, membuat wajah saya semakin bulat, pipi bakpao ini semakin mengembang, hidung ikut ikutan mengembang, dan lesung pipit pelit terekspose karena hanya ada satu lesung pipit aja, di pipi kanan. 

And life goes on..

Sepanjang perjalanan ke sini, saya mulai menyadari bahwa banyak hal tentang diri saya yang tidak pernah saya perhatikan. Bahkkan saya sering mengabaikan dan tidak percaya pujian pujian kecil yang positif tentang saya yang kelebihan energy (dan lemak) ini. Dinar lucu, gayeng. semangat, booklover, tembem, unik lebih sering saya dengar dari pada Dinar dengan senyum yang aneh. Dan bagi beberapa orang, pipi dan wajah bulet itu lucu, gingsul itu manis, dan lesung pipi satu itu unik, daan.. senyum lebar itu menyenangkan. Dan begitulah percaya diri terbangun semakin kuat sampai sekarang.

Yaap, dan disinilah saya sekarang, bukan tentang brace yang saya pikirkan, bukan lemak yang saya pusingkan. Saya punya standarisasi cantik menurut saya sendiri, bersih, banyak ilmu, menebar semangat lewat senyum, tawa dan karya. :)

Yess,  kita jarang menyadari bahwa banyak orang bisa jatuh cinta dari tersenyum kita dan atmosfer yang kita bawa. Show us the way you are. Since you're beautiful.. :)

senyum manis tidak memiliki standarisasi paten. :D




terimakasih, cinta :)