Senin, 30 Maret 2020

Cerita Mama tentang verbal bullying


Dulu waktu sekolah dasar dan awal sekolah menengah saya mengalami bullying verbal. Hanya karena waktu itu saya lebih unggul secara akademik, beberapa anak itu menyerang fisik saya yang notabene lebih kecil dari rata rata anak lain. Masih terngiang kata kata itu kuntet, cebol, bahkan out of my mind, inul. Entah dari mana nama itu bermunculan. Seperti mereka senang bila saya marah, atau kesal dipanggil seperti itu.

Saya tidak pernah tidak percaya diri dengan tinggi badan. Saat dewasa, tinggi badan saya tidak menghalangi kerjaan saya yang bahkan sering bertemu orang asing yang tingginya jauh di atas saya.  Kecil saya masih wajar, namun kata kata di masa kecil itu mengecilkan hati saya. Saya merasa orang lain tidak suka ketika saya pintar dan berprestasi. Rasa tidak percaya diri sering muncul. Ekspresi muka dan wajah mereka saat itu, sy ingat betul, seolah ingin saya menangis karena ejekan mereka. Mungkin dianggap, ah biasalah anak anak, tapi faktanya, sekarang, 20 tahunan setelah masa itu, memori sedih itu tidak pernah hilang. 

Saya sendiri bukan tipikal anak yang suka ribut atau cari gara gara. Saya pecinta ketenangan, damai dan malas memperpanjang masalah. Mereka begitu, saya hanya menunjukkan muka tidak suka, sejauh saya ingat hanya membalas dengan melempar tipex saking kesalnya saya.

Yg sering mengatakan hal hal itu malah anak anak cowok loh. Anak cewek jarang sekali mengganggu saya. Saya berteman dengan semua anak cewek, tidak bikin geng geng atau squad apalah. Saya malah tak habis pikir kenapa anak anak cowok itu suka mengolok olok fisik saya.

Sekarang saya punya anak cowok, dan insya Allah mau punya adik bayi cowok juga. Saya menanamkan pada mereka untuk menghargai fisik tiap tiap orang. Saya melarang memanggil dengan panggilan yg menyangkut fisik, mbak gendut, om pendek, dsb. Biarpun mungkin sudah biasa di lingkungan, tapi kita tidak tahu kedalaman hati seseorang. Bagaimana mereka struggle, biasa aja atau sakit hati.

Setiap orang punya nama, dan nama adalah pemberian, doa dari orang tua, panggilah namanya. Bukan representasi fisiknya. Belajarlah menghargai tiap orang the way he/she is karena pasti kita juga akan dihargai. Verbal bullying bukan hal sepele. Saya sendiri mengalaminya. Saya berharap anak anak saya menjadi pribadi yang lebih baik dalam pergaulannya dan menghadapi berbagai macam orang dengan sikap yang bijak.